Silva berjalan melewati koridor yang masih sepi. Sepertinya dia berangkat sekolah terlalu pagi tapi itu tidak menjadi masalah baginya daripada terlambat dan pasti kena hukuman dari pak Hasyim.
Tiba-tiba ada yang merangkul pundak Silva dari samping. Sontak Silva sangat terkejut dengan hal itu ditambah orang yang merangkulnya adalah Regina, sang primadona di SMA Andromeda.
"Pagi-pagi banget berangkat nya," ucap Regina.
"Regina, ngapain lo di sini?" tanya Silva.
"Ini kan sekolah umum, jadi gak masalah dong gue ada disini," jawaban Regina memang benar.
Silva merasa aneh dengan sikap Regina, dia merasa ada yang tidak beres. Perasaan Silva menjadi tidak tenang. Apalagi dia juga malas berurusan dengan Regina.
"Lo ganjen ke Vano ya, kan?" tanya Regina sangat santai.
"Siapa juga sih yang ganjen ke Vano," jawab Silva.
Regina langsung menarik rambut Silva ke belakang. Silva meringis kesakitan karena perbuatan Regina.
"Gue peringatkan ke lo supaya jauhi Vano!"
"Gue udah berusaha menjauhinya."
"Lo berusaha menjauhinya atau berusaha mendekatinya?"
"Siapa juga sih yang mau dekat sama cowok kaya Vano? Cowok yang berandalan, suka berantem, suka tawuran, suka bolos."
Mendengar Silva menjelek-jelekkan Vano, Regina langsung mendorong tubuh Silva ke tembok hingga kepala Silva berdarah karena membentur tembok.
"Awas aja kalau lo menjelek-jelekkan Vano, lo bakal habis di tangan gue. Dan gue bisa melakukan sesuatu yang lebih kejam ke lo jika lo dekat-dekat sama Vano." Silva hanya terdiam mendengar ancaman Regina.
Silva tahu bahwa Regina tidak pernah main-main dengan ucapannya sama dengan Vano, mereka most wanted di sekolah tapi mereka berdua sangat kejam, lebih kejam dari ibu tiri.
***
"VANO! ARIFIN! ANDHRA! BISMA! DANIAL! FADHIL! REZVAN!" teriak Bu Rissa melihat mereka melompat masuk dari gerbang belakang sekolah.
"Matilah kita. Ketahuan sama bu Rissa yang galaknya kayak kak Ros," ucap Andhra.
Bu Rissa menghampiri mereka semua dengan tatapan penuh amarah. Dia sudah berusaha sabar menghadapi murid-murid seperti Vano dkk. "Kalian itu sering banget terlambat," ucap Bu Rissa berkacak pinggang.
Mereka semua terdiam dan menundukkan kepala, tapi bukan berarti mereka takut, justru mereka malas mendengarkan ocehan dari Bu Rissa yang terus-terusan memarahi mereka.
"Kenapa kalian malah diam saja?!" Gertak Bu Rissa.
"Kalau kita jawab, nanti kita dibilang berani sama guru, sekarang kita diam kita juga dimarahi. Terus kita harus apa, Bu?" Ucapan Vano sangat santai.
"Sekarang kalian ikut saya ke BK!" Titah Bu Rissa langsung dilaksanakan oleh mereka semua yang terlambat.
***
Kenzo duduk di bangkunya dengan headset terpasang di kedua telinganya sembari membaca buku cetak Geografi. Cuma cowok itu yang tidak ikut terlambat bersama teman-temannya. Cowok itu sudah berangkat sejak pagi dan dia tadi tidak sengaja melihat Regina yang melabrak Silva.
Vano dkk yang baru masuk ke kelas setelah di hukum oleh bu Rissa langsung membaringkan tubuhnya di atas lantai. Kenzo hanya diam saja memperhatikan tingkah ketujuh temannya itu.
"Minum, gue butuh minum," ucap Arifin seperti orang kehausan sebulan.
"Heh, kalau lo gak beli ya gak bakal ada minum. Lo pikir minuman bisa datang sendiri," sindir Bisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Teen Fiction⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...