"Gue gak nyangka adik lo itu modis banget," ucap Silva.
"Yah, sama seperti mamanya," kata Vano membenarkan.
Vano hari ini menjemput Silva, mereka berdua berangkat sekolah bersama. Sesampai di sekolah, mereka berdua menjadi bahan pembicaraan siswa yang melihatnya. Vano tidak menghiraukan perkataan orang-orang. Dia tetap berjalan santai.
Silva mempercepat langkahnya supaya tidak menjadi bahan pembicaraan siswa. Dia tidak terlalu suka keadaan seperti itu. Lina yang baru saja datang, berlari mengejar Silva.
"Kok lo bisa berangkat sekolah bareng Vano sih?" tanya Lina.
"Nanti aja gue jelasin," jawab Silva.
Mereka berdua masuk ke kelasnya. Lina langsung duduk di sebelah Silva untuk mendengar penjelasan Silva.
"Cepat jelasin!"
"Jadi gue gak sengaja ketemu Vano di jalan, itulah sebabnya gue bisa berangkat sekolah bareng Vano."
Disisi lain Vano sedang berjalan menuju kelasnya, Regina mensejajarkan langkahnya dengan langkah Vano. Cowok itu tampaknya hanya cuek saja dengan Regina, berbeda sekali jika Silva yang berada di sampingnya.
"Van, lo sama Silva itu punya hubungan apa?" tanya Regina.
"Gak ada," jawab Vano singkat.
"Tapi kenapa kalian bisa berangkat bersama?"
"Lo jadi orang gak usah kepoin hidup orang lain deh!"
"Gue kan cuma tanya."
"Lo sebenarnya tanya atau lo itu cemburu?"
Langkah kaki Regina terhenti mendengar ucapan Vano, sedangkan Vano tetap berjalan menuju ke kelasnya. Vano sengaja memilih jalan memutar dengan lewat kelas XI MIA. Begitu dia lewat, banyak cewek yang berteriak histeris. Wajarlah dia merupakan cowok terkenal di SMA Andromeda.
Langkah kaki Vano tiba-tiba berhenti ketika melihat Arifin yang sedang dipepet oleh dua orang. Vano langsung menghampiri Arifin yang hampir saja dipukul oleh orang tersebut.
"Ada apa ini?" tanya Vano.
"Nih teman lo, pinjam duit ke bos gue dan sekarang dia gak bisa bayar," jawab salah seorang.
"Berapa duit yang dia pinjam?"
"Dua puluh lima juta."
"Ok. Sepulang sekolah gue bakal lunasin hutang Arifin."
"Gue pegang ucapan lo, kalau lo gak nepatin awas aja lo." Kedua orang tersebut langsung pergi meninggalkan Vano dan Arifin.
"Terima kasih Van," ucap Arifin.
Vano merangkul pundak Arifin. "Kita kan teman, sesama teman harus saling membantu."
"Gue bakal ganti uang lo."
"Gak usah lo ganti, nanti malah jadi beban bagi lo."
"Tapi--"
"Gak ada tapi-tapian."
Mereka berdua berjalan menuju ke kelasnya. Arifin beruntung mempunyai teman seperti Vano, dia bertekad akan membalas budi kepada Vano dengan menjadi teman yang setia. Itulah janji Arifin.
Bel masuk berbunyi. Hari ini jam olahraga bagi kelas XI MIA 1 dan XI IIS 2. Semua siswa sudah berkumpul di lapangan utama sekolah untuk melakukan pemanasan. Hanya Silva dan Lina yang belum datang karena mereka berdua disuruh untuk membantu bu Rissa terlebih dahulu.
Kali ini pelajaran olahraganya adalah lompat tinggi. Para siswa berlatih terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian. Antara kelas XI MIA 1 dan XI IIS 2 dipisah, karena jika kedua kelas tersebut disatukan maka hanya kelas IIS yang menguasai tempat latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Teen Fiction⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...