Tepat saat dua minggu kematian nenek, hari ini para siswa SMA Andromeda sudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Vano berangkat sekolah lebih pagi karena dia akan menjemput seseorang.
Vano tidak akan menjemput Silva, melainkan menjemput Renata. Sudah beberapa hari ini Vano menjauhi pacarnya itu dan malah dekat dengan Renata.
Sedangkan Silva berangkat sekolah bersama dengan Haikal yang juga masuk di sekolah yang sama. Sesampai di sekolah, mereka datang bersamaan dengan Vano dan Renata. Silva hanya melihat ke arah mereka berdua, dia tidak akan melakukan apa pun.
"Vano!" Haikal memanggil Vano.
"Hai bro." Vano mendekat kepada Haikal yang bersama dengan Silva.
"Kal, gue ke kelas dulu." Silva sepertinya sengaja menghindar dari Vano.
Vano hanya melihat kepergian Silva. "Gimana kabar lo, Kal?"
"Baik, buktinya gue masih sehat wal'afiat."
"Gue antar Renata ke kelasnya dulu."
"Kenapa lo ngantar dia? Bukannya pacar lo itu Silva? Harusnya lo jauh lebih perhatian sama pacar lo daripada dia."
Vano tidak menghiraukan ucapan Haikal. Dia langsung menarik tangan Renata pergi menjauh.
"Kalau lo udah gak mau sama Silva, lebih baik lo putusin dia. Dan dia bisa jadi milik gue!" Haikal berteriak supaya Vano bisa mendengarnya dengan jelas.
Vano yang mendengar ucapan Haikal langsung membalikkan badan dan menghampiri Haikal. Dia menarik kerah baju seragam cowok itu dan menatapnya dengan tatapan benci.
"Silva hanya milik gue, sampai kapan pun gue gak akan putusin dia!"
Haikal hanya terkekeh. "Lo gak rela Silva pergi, tapi apa yang lo lakuin ke dia justru bisa membuat dia pergi."
Danial yang baru saja datang langsung melerai Vano karena dia sudah bisa melihat api kemarahan dalam dirinya. Jika tidak segera dilerai, maka Vano bakal lepas kendali dan bisa saja menghabisi Haikal, meskipun dia temannya.
"Van, kita pergi dari sini." Danial membawa Vano pergi dari tempat tersebut.
Haikal membenarkan kerah baju seragamnya. "Ego lo terlalu besar, Van."
Vano malah duduk di kantin saat pelajaran bu Rissa. Dia masih memikirkan perkataan Alvaro dan Haikal. Apa benar Silva bahagia bahagia jika bersama dirinya atau dia sebenarnya tersiksa bersama dirinya?
"Ngelamunin apa sih, Van?" tanya Kenzo yang tumben mau bolos.
"Menurutmu Silva pantas gak bagi gue?" tanya Vano.
"Silva sih pantas-pantas saja sama lo, tapi justru lo itu tanya pada diri lo sendiri, lo pantas gak bagi Silva?" Perkataan Kenzo benar-benar menusuk hati Vano.
"Silva itu gadis yang polos, setia, dia bisa merubah sikap lo menjadi lebih baik, tapi lo malah selalu menyakiti hatinya. Dan Silva memang bodoh atau bagimana, dia masih saja mau mendampingi lo disaat lo jatuh." Kenzo melanjutkan ucapannya.
"Silva gak bodoh, hanya saja dia rela berkorban untuk Vano. Meski kenyataannya perjuangannya tak pernah berharga di mata Vano, namun dia tetap memilih berjuang untuk Vano. Kadangkala Silva harus merasa terluka demi menjaga perasaan lo, Van." Danial menasihati Vano.
"Bahkan saat berjuang untuk lo dia selalu merasa tersakiti oleh lo, namun lihatlah betapa tulusnya Silva mencintai lo," lanjut Danial.
"Van, lebih baik lo lepasin Silva aja," saran Danial. Dia bisa mengatakan hal seperti itu karena dia tahu semua apa yang terjadi antara Vano dengan Silva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Teen Fiction⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...