"Apa kamu mau jadi kekasihku?"
"Gue... maaf, Van. Gue belum mau jadi kekasih lo. Gue cuma ingin fokus ke karier ku terlebih dahulu. Masalah cinta, gue gak terlalu mau ambil pusing tentang hal itu." Silva menurunkan pandangannya.
Raut wajah Vano tampak kecewa. Tapi dia mencoba untuk tersenyum. "Terima kasih untuk jawaban yang telah kau berikan padaku, aku menerima semua keputusanmu dan kamu harus tahu kalau aku akan selamanya mencintaimu. Setiap orang pasti mempunyai alasannya masing-masing untuk pergi maupun bertahan, termasuk kamu."
Silva langsung memeluk Vano dengan erat. Cowok itu tak ragu-ragu untuk membalas pelukannya. Pelukan yang selama ini mereka rindukan-- terdapat kehangatan dan kedamaian dalam pelukan tersebut.
"Gue cuma bilang belum mau balikan, bukan berarti tidak mungkin kita balikan lagi. Jadi masih ada kesempatan buat kita balikan pacaran, tapi bukan saat ini." Silva mencubit pipi Vano dengan gemas.
Vano membalas mencubit kedua pipi Silva dengan sangat gemas. Dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Silva, saking dekatnya, hidung mereka saling bersentuhan.
Semua teman-teman mereka yang melihat Vano dan Silva dibuat iri. Kisah mereka sangat romantis dan penuh haru. Setelah melewati berbagai cobaan, akhirnya mereka dapat bertemu lagi meskipun mereka tidak balikan pacaran.
"Van, jangan ambil kesempatan dalam kesempitan!" teriak Rezvan melihat kedekatan Vano dengan Silva.
"Lanjutin aja, Van! Biar romantis kaya drama Korea." Bisma berlawanan pendapat dengan Rezvan.
Vano dan Silva tidak menghiraukan ucapan teman-temannya. Mereka masih dalam posisi yang sama seperti tadi, tidak berubah sedikit pun. Vano memajukan wajahnya supaya lebih dekat lagi dengan bibir Silva, tapi saat bibir Vano ingin mendarat di bibir Silva, cewek itu langsung mundur beberapa langkah.
Silva tersenyum jahil kepada Vano karena keinginan cowok itu gagal total. Vano meletakkan kedua tangannya di pinggang sambil tersenyum geleng-geleng kepala.
"Guys, hari ini gue akan mentraktir kalian," kata Silva.
"Tumben banget lo mau traktir kita," sindir Lina.
"Sekali-kali gue traktir kalian."
Mereka lalu memesan makanan sepuasnya. Vano duduk di sebelah Silva dan meminta cewek itu menyuapinya. Silva menyuruh Vano membuka mulutnya, saat dia sudah membuka mulutnya, Silva hendak memasukkan makanan ke mulutnya, tetapi bukan masuk di mulut Vano malah dia memakan sendiri makanannya.
"Jahat banget sih." Vano mengerucutkan bibirnya.
Silva dan lainnya hanya tertawa melihat ekspresi Vano. "Bibir lo minta dicium sama mimi peri?"
"Amit-amit jabang bayi... mending dicium sama lo aja, kan lebih enak dan nikmat."
"Pikiran lo mesum dan menjijikkan banget."
"Yaelah, nanti kalau lo sudah nikah bakal merasakan dan menikmatinya juga."
Silva bergidik ngeri. Dia tidak suka mengobrol ke arah hal seperti itu. Setelah selesai makan-makan, mereka semua melanjutkan jalan-jalan. Silva berboncengan dengan Vano.
Saat teman-temannya berjalan terus, Silva dan Vano berhenti di sebuah warung untuk membeli sesuatu. Setelah itu mereka menyusul teman-temannya ke suatu tempat.
"Kita berdua punya hadiah buat kalian semua," kata Silva menyembunyikan sesuatu di tangannya yang diletakkan di belakang.
"Hadiah apa?" tanya Arifin dan Andhra.
Vano dan Silva saling tatap. Vano memberikan aba-aba. "Siji, loro, telu."
Silva dan Vano melemparkan sebuah warna ke arah teman-temannya. Entah sengaja atau tidak, mereka semua memakai pakaian berwarna putih semua, jadinya sangat kentara sekali jika ada warna yang menempel di pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvano [Terbit]
Teen Fiction⚠Awas dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano⚠ [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, seorang ketua geng OrionAlthair yang sangat terkenal di kalangan siswa, guru, maupun masyarakat. Sika...