SMP Nusa Bangsa hari ini dipenuhi murid-murid yang sibuk dengan perlombaan masing-masing. Terdengar tepuk tangan dan teriakan penonton yang menyaksikan setiap bilik perlombaan. Lain halnya dengan pertandingan futsal yang menarik banyak murid Nusa Bangsa sehingga berlarian ke lapangan. Sorakan meriah pun ditujukan kepada kelasnya masing-masing. Sebentar lagi, waktunya kelas 9I yang maju melawan kelas 9G.
"Gaes, sini semua!" Seru Azam menyuruh teman-temannya untuk berkumpul.
"Yang lain mana?" Tanya Jihan.
"Sebagian ikut lomba, terus sisanya ya ini," jawab Nana yang baru selesai lomba daur ulang.
"Oke, sekarang kita berdoa dulu sebelum tim kita tanding." Ucap Azam. Tim futsal kelas 9I pun datang ke gerombolan teman-temannya guna berdoa dahulu untuk melancarkan pertandingan. Saat lima anggota futsal berpakaian jersey hitam, ada sorot mata yang mencari-cari seseorang tapi alhasil tidak menemukannya.
"Berdoa, mulai!" Ucap Azam seraya menundukkan kepala berdoa. Semua anak kelas 9I berdoa meminta agar kelasnya kali ini bisa memenangkan pertandingannya. Walaupun sangat mudah bagi mereka mengalahkan musuhnya, yang notabene anggotanya hampir semua anak futsal. Setelah berdoa, Rifki selaku kapten mengomando teman-temannya untuk bersorak demi kemenangan kelasnya.
"Tangannya-tangannya...," Ucap Rifki menyuruh agar teman-temannya merapat menumpukan telapak tangannya dan bersorak, "9I... BISA!!!!!" Sorak seluruh anak kelas 9I semangat.
Tim futsal 9I pun maju ke lapangan dan siap untuk bertanding. Lagi-lagi mata Ibnu terus mencari seseorang yang tak kunjung datang. Dia menghembuskan nafas kasar dan bersiap bermain dengan strategi yang telah disusun timnya.
Lain halnya Rere yang masih berkutat di aula melakukan sesi lomba menulis cerpen. Rere sedikit tidak fokus karna dia sudah tahu bahwa ini saatnya tim futsal kelasnya tanding. Rere menggigiti bibir bawahnya dan berdecak kesal kenapa lombanya tidak usai-usai.
Yasmin yang melihat sahabatnya itu segera datang dan berkata, "Lo kenapa, fokus dong." Ucapnya sambil tersenyum.
"Ini waktunya kelas kita tanding, gue pengen nonton." Jawab Rere yang terus melirik jam dinding di aula.
"Pengen lihat kelas kita tanding apa pengen lihat Ibnu?" Sergah Yasmin memutar bola matanya jengah.
"Dua-duanya," ucap Rere tersenyum miring.
"Makanya cepetan selesain, habis itu kita ke lapangan!" Suruh Yasmin segera pergi meninggalkan Rere dan menunggunya diluar. Rere mencoba fokus kembali ke naskahnya dan segera menyelesaikannya.
Sekitar sepuluh menit, Rere dan Yasmin pergi meninggalkan aula dan menuju lapangan. Di jalan pun Yasmin dibuat kesal dengan tingkah Rere yang terlalu cemas. Sampai-sampai Rere tidak melihat ada kakak kelas yang lewat dan menabraknya.
"Hati-hati dong, Re." Ucap Yasmin memasang wajah kesal. Rere hanya tersenyum dan melanjutkan jalannya dengan sedikit berlari.
Sampainya di lapangan, sorakan penonton menusuk gendang telinganya dan membuat Rere sedikit meringis. Rere dan Yasmin mencari-cari teman-temannya dan akhirnya mereka menemukan kelasnya di pojok kanan sebelah gawang.
"Udah selesai, Re?" Tanya Nana yang melihat kedua temannya datang. Rere mengangguk dan fokus mencari seseorang yang dari tadi memenuhi pikirannya.
"Tuh, yang nomer delapan," ucap Yasmin tiba-tiba sambil memutar bola matanya.
Rere terus mengamati Ibnu yang sedang bermain apik di lapangan. Ibnu bermain sebagai penyerang bersama Rifki. Dino sebagai back kanan dan Jimmy sebagai back kiri. Terakhir si gendut Adit sebagai penjaga gawang.
Saat Rere terus mengawasi gerak-gerik Ibnu, tanpa sadar Ibnu juga mencari-cari seseorang yang sedang memenuhi pikirannya.Tatapan mereka bertemu sesaat karna Ibnu melanjutkan menggiring bolanya kearah gawang. Sorakan penonton semakin keras karna Ibnu yang terus berlari menuju gawang. Rere memejamkan matanya dan menuturkan kalimat sakral. Dan akhirnya..... GOL!!!!
"GOL!!!!!! Nomor punggung delapan dari kelas 9I akhirnya mencetak gol pertamanya," seru MC yang berada tak jauh dari lapangan.
"IBNU!!! GO! GO!," Sorak satu kelas 9I. Aku tersenyum melihat kemenangan yang dicetak oleh Ibnu.
"Ibnu... Yaampun keren banget,"
"Ayo Ibnu semangat,"
"Ibnu, nanti habis main aku kasih minum ya,"
"Ibnu, I love you,"
Mendengar teriakan cewek-cewek gatel yang terpesona dengan Ibnu, membuat Rere mengepalkan tangannya penuh dan menatap mereka tajam. Dasar cacing kepanasan! Batin Rere yang terus menatap mereka tajam. Tanpa sadar, Ibnu juga mendengarkan seruan cewek-cewek gatel tersebut dan memberikan senyum mautnya. Apa-apaan ini? Kenapa Ibnu malah tersenyum dengan mereka? Sama-sama gatel! Batin Rere lagi dan pergi meninggalkan lapangan.
******
Di kelas bawah yang dipenuhi anak-anak lomba puisi sedang berjejer rapi memanjang menunggu tim juri datang. Dewi sebagai perwakilan kelas 9I harap-harap cemas. Dewi yang hanya didampingi Iqbal dan Sintya berusaha sesiap mungkin. Iqbal pacar Dewi selalu memberikan semangat kepada Dewi agar pacarnya itu tidak nerves. Dewi merasa bersalah kepada Iqbal karna demi menemani Dewi, Iqbal tidak bisa menyaksikan pertandingan futsal kesukaannya.
"Bal, kamu ke lapangan aja deh, aku sama Sintya gakpapa kok," ucap Dewi.
"Gakpapa, Wi, aku disini aja. Nanti juga ada ronde kedua kan," sahut Iqbal meyakinkan.
"Udah sana kamu masuk, semangat yaa!" Sambung Iqbal mengepalkan tangannya ke atas menyemangati Dewi begitupun Sintya. Dewi tersenyum dan masuk ke kelas dengan percaya diri.
*******
Jangan lupa tinggalin vote yaaa❤️❤️❤️ komen juga😂 masih pemula ini😁
KAMU SEDANG MEMBACA
AREYNA
RomanceGimana kalo awalnya kalian ogah-ogahan sama seseorang tapi berakhir peduli dan suka sama dia? Areyna, gadis kembar yang mempunyai sifat galak, jutek tapi lembut dengan keluarga jatuh hati pada seorang Ibnu Zidan Ma'arif yang terkenal religius dan di...