50. Kode atau Isyarat

61 3 0
                                    


Vote terlebih dahulu supaya berkah.


****

"Kalian tahu nggak tadi ekspresinya Jimmy kayak gimana?"

Azam tertawa terpingkal dan tanpa sengaja memuncratkan sedikit air minum dari mulutnya membuat teman-temannya menatap jijik.

"Sadboy banget anjir."

"Jangan gitu temen lo juga." Sahut Adit.

Azam tersenyum culas. "Menurut kalian mereka balikan apa nggak?" tanyanya sambil menatap satu per satu temannya.

"Gue sih iya." Jawab Adit cepat.

"Kalo lo, Nu?"

Ibnu menggeleng. "Nggak tahu."

"Nebak aja bambank." Azam mencubit gemas pipi Ibnu lalu segera ditampiknya.

Adit dan Rere terkekeh ringan. Nanya gituan ke Ibnu ya nggak ada hasil.

"Kalo lo, Re? Lo kan sebagai sahabatnya Yasmin pasti tahu lah perasaan dia kayak gimana."

Rere menghabiskan segelas es tehnya lalu menatap Azam sambil berpikir. "Mungkin putus."

Ketiga pria itu langsung menoleh kaget ke arah Rere. Rere yang di tatap seperti itu menaikkan kedua alisnya bertanya. Ada yang salah dengan pekataannya?

"Kenapa? Gue kan nebak."

"Kalo lo bilang putus, jadi Yasmin udah nggak ada rasa dong sama Jimmy?" tanya Azam sambil membayangkan nasib sahabatnya yang nahas.

"Bukan gitu, Zam. Maksut gue putus itu mungkin sementara. Mereka pasti butuh jeda masing-masing kan. Kedepannya kayak gimana kita gak tahu. Perasaan gak ada yang bisa ngatur." Ucapnya di akhir kalimat sedikit pelan.

Adit mengangguk mengerti. "Gue paham maksut Rere. Menurut gue emang mereka butuh sendiri-sendiri dulu. Gak mungkin setelah kejadian ini mereka bareng-bareng. Yang ada malah tambah rusuh tuh hubungan."

"Kenapa gak putus selamanya aja?"

"Uhuk uhuk ... "

"Heh! Gitu banget lo, Nu."

Ibnu mengaduk es tehnya pelan sambil menunduk. "Kalo kita gak tau kedepannya kayak gimana. Yaudah mending jalani hidup sendiri-sendiri aja. Dengan adanya hubungan kayak gitu malah buat mereka terikat dan saling tersakiti."

Ibnu menatap mereka. "Emangnya kalian siapa sampe bisa tahu mereka bakal terus bersama?"

Rere mengamati ekspresi wajah Ibnu saat berbicara. Terlihat serius dan ingin menyampaikan.

Ibnu menyeruput es nya dulu lalu menatap Rere datar. "Kalo perasaan gak ada yang bisa ngatur, seharusnya di tahan."

Azam menarik pundak Ibnu untuk tegap dan menepuk pundaknya seraya tersenyum mengancam. "Udah ya seriusnya."

Rere masih mengerjapkan matanya. Tadi Ibnu berbicara begitu untuk menyindirnya?

Ibnu melepaskan rangkulan Azam dan melanjutkan makan. Merasa perkataannya tidak menyentil salah seseorang.

Adit yang merasa suasana sedikit canggung menatap Rere cemas. Ia bukannya ingin menutup mata akan perasaan Rere untuk Ibnu. Hanya saja selama ini Adit berlagak tidak tahu apapun.

Yang dikatakan Ibnu barusan pasti berhasil menyenggol harga diri Rere. Notabene selama ini rumor Rere yang suka Ibnu sudah banyak terdengar. Walaupun begitu Rere tidak pernah menunjukkan secara terang-terangan. Malahan beberapa minggu ini Ibnu yang berubah drastis.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang