Votes terlebih dahulu supaya berkah."Reyna..."
"Reyna... sini, Nak,"
Rere menyipitkan matanya menatap penuh tanya seorang laki-laki paruh baya berbaju putih yang terus memanggilnya untuk mendekat. Siapa dia? Kenapa bisa tahu namanya?
"Sini, sayang..."
"Anda siapa?"
Bayangan itu semakin mendekat membuat langkah Rere mundur dengan perlahan. Ketakutan tiba-tiba mengerubunginya. Dia tidak tahu siapa lelaki itu. Kenapa tiba-tiba memanggilnya dan menangis tersedu. Seakan laki-laki itu ingin mengatakan sesuatu.
"Siapa anda?!" teriak Rere saat laki-laki itu sudah berada dekat di depannya.
"Ini Papa. Papa Fadli..."
"Pa--pa?"
"Pulang yuk. Papa kangen," ujarnya sambil ingin mendekap tubuh Rere yang lebih kecil darinya.
"Nggak. Aku mau disini, sama Mama, Abang sama Riri juga."
"Kita pulang bentar, ya..." Fadli tersenyum pilu mendengar penolakan sang putri.
"Nggak! Rere nggak mau." Bersikeras menolak ajakan sang Papa. Rere berlari sekencang mungkin menghindari bayangan putih yang terus saja menghalangnya. Sampai ia sadar dan kembali ke alam nyata.
"Rere nggak mau! Jangan ikutin Rere!"
"Dek! Dek bangun."
"Pergi! Rere mau sama Mama, Abang sama Riri..." racaunya terus menerus membuat Abra kepalang bingung. Jujur saja, Abra sangat terkejut dan khawatir ketika mendengar suara teriakan yang berasal dari kamar Rere. Tidak biasa-biasanya adiknya ini mimpi buruk sampai ketakutan layaknya tadi.
"Bang, ada apa?" Dyana tiba-tiba muncul sambil berlari ke arah Rere yang terus meracau dan masih memejamkan matanya.
"Bangun sayang... ini Mama."
"Ma!" teriak Rere ketika sadar dan langusng memeluk tubuh Dyana gemetaran. Tangannya terasa dingin dan rambutnya sudah lepek akibat keringat yang bercucuran. Sungguh, ini pertama kalinya Rere merasakan mimpi seburuk ini.
"Hei, kamu mimpi apa sayang?"
"Hiks... hiks..."
"Minum dulu." Abra menyodorkan air putih yang dibawa Riri tadi. Ia mengusap lembut punggung sang adik dan menyandarkan kepalanya di bahunya. Melihat Rere seperti ini membuatnya kacau dan kelabakan.
"Jangan takut. Ada kita disini."
"Tidur lagi, ya? Reyna istirahat aja." bujuk Dyana menatap sang anak lembut.
"Temenin, ya, Ma." Pintanya masih sesenggukan.
"Iya.."
"Udah sana. Aku mau tidur." Usir Rere menatap Abra dan Riri yang masih duduk di pinggir ranjang.
Baru saja rasa khawatir menimpa mereka. Kini sedang sifat Rere sudah kembali seperti semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREYNA
RomanceGimana kalo awalnya kalian ogah-ogahan sama seseorang tapi berakhir peduli dan suka sama dia? Areyna, gadis kembar yang mempunyai sifat galak, jutek tapi lembut dengan keluarga jatuh hati pada seorang Ibnu Zidan Ma'arif yang terkenal religius dan di...