19. MOS hari pertama

101 11 0
                                    

Setelah hampir 5 jam dalam perjalanan, akhirnya Rere beserta keluarga sampai di rumah baru mereka.

Badannya sudah pegal-pegal karena terlalu lama duduk di kursi kereta.

"Rumahnya seadanya dulu, ya." Ucap Dyana membuka rumah baru mereka.

"Gak papa, Ma. Kamar Rere sama Riri mana?'

" Kamar kamu yang pojok kanan itu, kalau Riri sebelahnya."

Mereka berdua berjalan ke kamar masing-masing dan mulai merapikan barang-barangnya.

"Abra beli makanan dulu ya, Ma."

"Bang, kamu udah urus sekolah adek kamu?"

"Mama tenang aja, mereka itu pintar pasti banyak sekolah di sini yang nerima." Abra tersenyum seraya mengambil dompetnya.

"Mama ngikut aja. Yang penting mulai minggu depan mereka harus sudah masuk sekolah."

"Iya, Ma."

"Yaudah Abra pergi dulu."

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam."



*******


"Bang tas Rere mana?!"

"Apa sih teriak-teriak?" Abra membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Tas Rere yang baru mana?" Rere menjulurkan telapak tangannya dengan alis terangkat.

"Tuh!" Ucap Abra kesal.

"Waduh, cantik banget tasnya. Banyak uang ya lo, Bang?"

"Alhamdulillah."

"Kapan-kapan jajanin Rere deh kalo gitu."

"Enak aja!"

"Uang Abang mau disimpen buat kebutuhan mendadak." Abra mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi meninggalkan Rere yang menggerutu manja.

"Mama! Selamat pagi!"

"Seneng banget anak Mama." Dyana tersenyum melihat kedua putrinya yang semangat pergi ke sekolah barunya.

"Sarapan dulu, ya." Dyana menyendokkan nasi dan lauk ke piring Rere dan Riri.

"Abang nggak kuliah?" tanya Riri.

"Siang, dek. Abang mau kerja dulu." Abra berjalan menghampiri meja makan dengan gaya coolnya.

"Wihh ganteng banget."

"Gausah gitu, pasti ada maunya kan lu." Abra mencium puncak kepala Rere dengan gemas.

"Enggak, kok emang bener ganteng."

"Abang emang kerja dimana?" Riri bertanya setelah Abra mengecup kepalanya.

"Alhamdulillah Abang jadi asisten dosen."

"Iya, udah satu bulan ini abangmu jadi asisten dosen."

"Jadi sebelum kita pindah kesini, Ma?" ujar Rere saat mulutnya dipenuhi dengan makanan.

"Telen dulu." Abra mengingatkannya.

"Iya." Jawab Dyana.

"Selamat, ya, Bang."

"Iya, alhamdulilah. Itung-itung bisa bantu Mama."

"Walaupun Abang udah punya kerjaan, kita gak boleh boros."

"Siyap, Mama."

"Yaudah yuk berangkat."

"Naik apa?"

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang