39. Ciee Ketemu

90 8 0
                                    


Votes terlebih dahulu supaya
berkah.


Minta maaf terlebih dahulu walau tak salah adalah bukti bahwa seseorang itu berhati baik.

- Author -

****

Hari ini matahari tampaknya masih belum ingin muncul sepenuhnya. Awan gelap yang setitik masih nyaman bergelung di antara sinar sang surya. Berlama-lama di luar pun rasanya butuh selimut tebal untuk membungkus tubuh ini. Untung saja gadis berkerudung itu memakai jaket abu-abunya saat ini.

Berjalan pelan sambil mencari seseorang yang ia kenal membuat dirinya kebingungan. Tapi sepertinya Abangnya lagi-lagi mendaftarkan dia dan kembarannya di sekolah favorit lagi seperti dulu di Jakarta. Bangunan yang sangat luas di selipi lorong-lorong di setiap jalan. Memang tidak semegah di sekolahnya dulu, tapi ini cukup memakan waktu banyak agar bisa menemukan kelasnya. Apalagi dirinya yang memaksakan diri untuk berangkat sendiri bersama kembarannya tanpa mau di temani Abang atau sahabatnya.

"Coba deh tanya kakak kelas di situ."

Mereka berjalan mendekati gerombolan siswi yang sedang asyik menonton futsal di pinggir lapangan. Bel belum berbunyi tapi nampaknya tak membuat anak-anak itu takut berkeringat sebelum pelajaran di mulai.

"Permisi, Kak..."

Keempat siswi itu menoleh serentak menghentikan sorakannya.

"Mau tanya, kelas X-IPA 5 di mana, ya?" ucap Rere gemetar. Pasalnya tatapan kakak kelas ini terlalu menelanjanginya. Di tambah anak-anak futsal di sana yang ikut-ikutan menonton dirinya dan Riri yang sedang bertanya. Rere merutuki dirinya yang sempat menolak Abra untuk ikut ke sekolah.

"Anak baru?" tanya kakak kelas bernama Rembulan itu. Siswi satu-satunya yang tersenyum ramah padanya.

"Iya, Kak."

Siswi yang bernama Rembulan itu maju selangkah dan berdiri di tengah antara Rere dan Riri lalu menggandeng mereka.

"Lan, mau kemana?" tanya temannya sedikit teriak tapi di hiraukan olehnya.

"Eh, Kak--"

Rembulan hanya tersenyum manis. Mereka berjalan bertiga entah kemana arah yang ditujukan kakak kelasnya ini. Pandangan semua orang langsung tertuju pada mereka. Kadang ada yang berbisik sinis sampai kuping Rere rasanya sudah merah sekarang.

Sepertinya kakak kelasnya ini populer di sini. Lihatlah banyak sekali siswi maupun siswa yang menyapa dirinya saat bertemu di jalan. Tidak heran juga kakak kelasnya yang bernama Rembulan ini populer. Cantik, tinggi, badan proposional dan ramah. Paket komplit.

"Ini kelasnya." Ucap Rembulan yang sudah berhenti di depan kelas yang bertuliskan kelas X-IPA 5 di atas pintu.

Rere tersenyum ramah lalu menggaruk tengkuknya canggung. "Makasih, ya, Kak. Tapi ini..."

Rembulan menaikkan kedua alisnya tinggi. "Kenapa? Salah kelas?"

"Bu-- bukan." Rere menoleh ke Riri yang bingung juga ingin mengatakan.

"Rere!"

Mereka bertiga sontak menolehkan kepalanya ke belakang. Yasmin dan Nana sudah ngacir lalu memeluk Rere erat. Tak lupa Riri yang juga ikutan di rangkul.

"Kenapa gak bilang kalo hari ini udah masuk?" tanya Yasmin yang masih memeluk Rere dari samping.

Rere terkekeh geli. "Emangnya gak boleh?"

Yasmin berdecak kecil lalu terkekeh juga. "Kok bisa tahu kelasnya? Abang lo yang nganterin?"

"Bukan. Kak Rembulan yang nganterin." Jawab Rere lalu tersenyum pada Rembulan.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang