20. MOS hari kedua

78 11 0
                                    

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

Tidak ada sahutan.

Sang empu mencoba dengan mengancang-ancang kakinya untuk menendang pintu dari luar karna pintu dikunci dari dalam.

Dengan tenaga yang kuat, pintu terbuka dan menimbulkan suara nyaring.

GEDUBRAK

"DEK!!!!"

"Bangun gak lo!" Abra mencoba menarik selimut yang membungkus tubuh Rere tapi yang ada di balik selimut hanya menggeram pelan dan kembali tertidur.

"Bangun!"

"Punya adek dua gak ada akhlaknya sama sekali."

"Apa sih, Bang?!"

Akhirnya Rere bangun juga dan menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang.

"Udah jam berapa coba, ha?!"

Rere memiringkan kepalanya ke arah kanan. Rere menegang saat melihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh yang tandanya ia akan telat.

Demi Tuhan Rere tidak ingin dihukum lagi oleh Ketua OSIS kejam itu.

"ABANG!! RERE GAK MAU DIHUKUM LAGI!"

Rere berlari kencang keluar kamar melupakan penampilannya yang jauh dari kata rapi, bisa dibilang kumel, kusut dan kucel.

Tidak menghiraukan teriakan Abra yang menggema saat membangunkan Riri di kamar sebelah, Rere segera menyambar handuk dan mandi bebek guna menyingkat waktu.

"Astaghfirullah, Reyna, kamu kenapa buru-buru gitu? Rambutnya basah itu dikeringin dulu."

"Udah, Ma, Rere buru-buru ini."

Rere yang baru keluar kamar mandi berteriak menyuruh Riri untuk segera mandi.

"Ya Allah ini satu lagi juga gitu," Dyana mengelus dadanya sabar ketika melihat Riri hampir terpeleset
saat ingin memasuki kamar mandi.

Riri menepuk jidatnya sendiri dan berteriak kepada Mamanya agar tidak usah menyiapkan sarapan.

"Adek kamu itu pada kenapa? Kok buru-buru banget sampe gak lihat sana sini." tanya Dyana melirik Abra yang sedang meminum susu putihnya.

"Telat bangun, jadi ya gitu."

"Emangnya kamu kemarin tidur jam berapa sih, Nak?" Dyana segera menyodorkan susu putih kepada Rere saat Rere sudah duduk di ruang makan.

"Udah ya, Ma, Rere mau berangkat!"

"Riri juga!"

"Heh! Di tanya orangtua bukannya ngejawab malah main nylonong pergi."

Dyana mengejar kedua putrinya sampai depan, dan berkata "hati-hati!" ujarnya sambil melambaikan tangan.

Keduanya membalas lambaian tangan tanpa menoleh ke belakang.

Hari ini mereka berangkat dengan menggunakan angkutan umum lagi. Jangan tanya kenapa Abra tidak mengantarnya. Rere masih sebal dengan Abra yang tadi main dobrak pintu saja. Kenapa juga Mamanya tidak membangunkannya lebih awal.

Ia Rere tahu, kemarin ia dan Riri maraton drakor sampai tengah malam yang berakibat fatal hari ini. Tapi tetap saja, ia masih sebal dengan Abangnya!

"Bang! Bang!" teriak Riri mencegat Bis berwarna biru dari arah dekat.

"Yuk!"

Di perjalanan Rere dan Riri belum bisa bernapas lega. Pasalnya sekarang sudah jam tujuh kurang sepuluh dan jalanan macet dipenuhi kendaraan lain.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang