Votes terlebih dahulu supaya berkah.
Siap baca 2000 lebih word?****
Sesampainya di rumah Rere tidak langsung merebahkan dirinya di kamar. Ia berniat menghampiri Riri dan memberitahu semuanya tentang hari ini. Karna bagi Rere, Riri akan membantunya untuk berbicara pada sang Mama dan Abangnya.
"Ri, buka pintunya." Lirih Rere sambil mengetuk pintu kamar yang ada di sebelahnya.
Pintu kamar terbuka menampilkan wajah datar dan jutek dari celah pintu. "Apa?!"
"Buset. Galak amat, Buk."
"Ya lo ganggu tidur gue."
"Ya maaf." Rere langsung nyelonong masuk ke kamar Riri tanpa permisi membuat sang empu berdecak kesal karna telah menganggu aksi tidur siangnya.
"Ngapain sih lo?" sentaknya yang sudah duduk di tepi ranjang.
"Jangan keras-keras."
"Mau apa?"
"Gue mau cerita. Tapi lo jangan kaget..."
Riri memutar bola matanya malas. Ia sudah menduga kalau sehabis diantar dengan Ibnu pasti kembarannya itu akan bercerita panjang lebar kali tinggi kali luas dengan gaya sok pedenya itu. "Cerita tentang jalan lo sama Ibnu?"
"Heem." Rere mengangguk mantap dan duduk mendekati Riri.
"Please, jangan teriak."
"Ah lebay lo. Gue juga biasa dengerin lo cerita tentang Ibnu."
Rere mengernyitkan dahinya tak mengerti. Kenapa kembarannya tidak sepaham dengan apa yang akan dibicarakannya ini. Ah mungkin Rere belum menjelaskannya.
"Gue tadi ketemu..., ketemu..., Papa."
Riri tersedak dan terbatuk-batuk akibat omong kosong yang diucapkan Rere. "Loh katanya mau cerita tentang seharian ini sama Ibnu."
"Ck, makanya jangan salah paham dulu."
"Pa--pa kata lo?" tanya Riri menelan salivanya susah.
"DEK! RERE UDAH PULANG BELUM?! KOK SEPATUNYA ADA DI DEPAN TAPI ORANGNYA GAK ADA?!"
"DI KAMAR LO, YA?!"
Rere dan Riri menelan salivanya kesusahan mendengar teriakan Abra yang membuat dirinya menggeplak kepalanya berkali-kali.
"Gimana nih?"
"Gimana apanya? Yaudah keluar kelar."
"Kok lo biasa aja sih?! Tadi gue ketemu Papa dan niatnya gue mau cerita dulu ke lo. Kalo gue keluar sekarang, nanti Abang nanya macem-macem." Rere mondar-mandir seraya menarik napas berkali kali sambil menenangkan pikiran untuk mencari jalan keluar.
Riri yang melihat itu berdecak malas lalu bangkit dari duduknya dan berjalan santai ke arah pintu tanpa memperdulikan desisan kasar dari kembarannya.
"Apa, Bang?"
"Lama banget buka pintunya." Abra langsung main terobos saja. Punya dua sodara kenapa tidak ada akhlak semua?
"Loh, Re udah pulang?"
Rere tersenyum kikuk menghampiri sang Abang. "Udah, Bang. Baru aja."
"Oh, kirain kemana. Tuh sepatu lo di depan pintu berantakan. Dikira rumah sendiri apa." Gerutu Abra sambil berjalan pergi meninggalkan kamar Riri.
"Lo kenapa buka pintunya?!" tanya Rere tak santai.
"Ya terus?"
"Ish lo tuh bener-bener gak bisa diajak kerjasama, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AREYNA
RomanceGimana kalo awalnya kalian ogah-ogahan sama seseorang tapi berakhir peduli dan suka sama dia? Areyna, gadis kembar yang mempunyai sifat galak, jutek tapi lembut dengan keluarga jatuh hati pada seorang Ibnu Zidan Ma'arif yang terkenal religius dan di...