12. Kesan Pertama Chat

104 20 0
                                    

Areynadia.
Gue Rere. Kirim foto yang tadi.

Ibnuzdn_
Iya, bentar.

Areynadia.
Iya.

Ibnuzdn_ Sori kamera gue low. Jadi bisanya besok ngirimnya. Gakpapa kan?

Areynadia.
Iya, gakpapa kok. Besok aja.

Ibnuzdn_
Read

Rere pikir Ibnu akan membalas pesan terakhirnya tapi ternyata dia hanya membacanya saja. Rere guling-guling di kasur dan menggerutu tak jelas. Efek dari mengechat Ibnu duluan akan jadi seperti ini pada dirinya. Padahal Rere bukan pertama kali mengirim pesan ke lawan jenis.

Besoknya di sekolah Ibnu tetap seperti Ibnu yang dulu. Pendiam dan canggung. Apa dia tidak mau berkata sedikit pun tentang kemarin? Rere menghembuskan napas gusar mungkin itu hanya akan jadi alibinya saja.

"Woy, nyontek pr bahasa Indonesia lo dong." Ucap Azam kepada Rere.

"Ih, ngagetin tau!" ucapnya sambil menepuk keras lengan Azam.

"Hehehehe, mangap."

"Apa?"

"Tugas Pak Sholeh." Rere yang mengerti itu langsung memberikan buku tulis ungunya kepada Azam dan Azam langsung menerimanya dengan senang hati.

"Makasih, Rere cwantik." Keras Azam yang membuat semua anak menoleh. Rere melempar pulpen tepat mengenai kepala belakang Azam saking kesalnya. Azam meringis kesakitan dan mengambil pulpen itu tanpa mengembalikannya.

"Zam, balikin!" teriak Rere.

"Gak, wleee," ledek Azam. Rere terus mengucapkan sumpah serapah. Dia harus ekstra sabar menghadapi teman laki-laki satunya itu.

Nana yang melihat itu mneghampiri Rere yang masih memasang wajah sebal dan terus menyumpah serapahi Azam.

"Dipanggil Bu Indri tuh." Ucap Nana menunjuk pintu menggunakan dagunya.

"Ada apa?"

"Gak tau deh, lo samperin aja gih."

"Yaudah, gue titip buku ya. Pastiin Azam balikin buku gue." Ucap Rere menekan kalimat terakhir. Nana mengacungkan dua jempol dan duduk di bangku Rere sambil memasang earphone.

Rere berjalan menemui Bu Indri dengan tergesa. Dia harap-harap cemas kalau Bu Indri akan menagih uang SPP nya yang sudah nunggak berbulan-bulan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, masuk, Re."

"Ada apa ya, Bu manggil saya?"

"SPP kamu sudah nunggak tiga bulan, Re. Kembaran kamu Riri juga. Kapan kamu mau bayar?"

"Emmm..., gimana ya, Bu saya tanya dulu sama Mama. Kalau Mama udah ngasih, pasti saya akan bayar." Ucap Rere hati-hati.

"Baiklah, saya tunggu seminggu ini. Kalau kamu sama Riri belum juga bayar, terpaksa saya akan menahan ijazah kamu saat kamu lulus." Tutur Bu Indri tegas.

"Saya akan usaha, Bu, pasti. Tapi saya mohon, Bu jangan tahan ijazah saya. Nanti saya daftar kuliahnya gimana?"

"Saya terpaksa lakukan ini, Re. Walaupun kamu murid berprestasi tapi kamu masih punya tanggungan di sekolah. Itu keputusan final, kalau selama seminggu ini kamu belum bisa bayar saya akan menahan ijazah kamu dan Riri." Tegasnya.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang