11. Hari jadi SMP Nusa Bangsa

141 20 2
                                    

Seusai pulang dari rumah Yasmin, Rere segera membersihkan tubuhnya yang lengket. Dilihatnya jam dinding yang masih pukul empat sore. Ia memutuskan untuk keluar kamar dan menonton tv di ruang tamu. Rumahnya sepi sore ini. Mamanya pergi membeli kebutuhan dapur di supermarket bersama kembarannya, Riri. Biasanya Rere selalu menghabiskan waktunya bertiga saja dengan mamanya karna mengingat abangnya di luar kota yang sedang kuliah. Jadi Rere hanya bisa bertemu abangnya-Abra sebulan sekali atau mungkin setahun sekali. Abangnya itu memang sangat malas kalau disuruh pulang, katanya lebih enak di Jakarta daripada di rumah sendiri. Rere mendengus sebal mengingat abangnya itu.

Papa Rere? Sudah enyah dari kehidupan keluarga Rere. Rere segera melemparkan remote nya asal karna tidak ingin lebih jauh mengingat masa-masa tidak mengenakkan dulu.

Suara ketukan pintu terdengar, pertanda Mamanya dan Riri sudah pulang.

"Assalamualaikum," salam sang Mama dan Riri.

"Waalaikumussalam." Jawab Rere yang berdiri dari duduknya.

"Sini aku bantuin." Ucap Rere setelah mencium tangan sang Mama.

Dyah menyerahkan kantong plastik putih bertuliskan tempat swalayan yang tadi mamanya beli. Isinya ada sayuran segar, buah-buahan, mie instan, makanan kalengan serta kebutuhan lainnya seperti garam, gula, minyak dan masih banyak lagi.

"Gue nanti berangkat bareng lo, ya?" tanya Riri yang sedang meletakkan sayuran kedalam kulkas.

"Kenapa nggak bareng temen, lo?"

"Sekalian, elah."

"Tapi nanti gue berangkatnya rada awal, nanti lo nungguin lama."

"Gampang, gue juga pengen lihat pentas nya dari awal kok."

"Oke, nanti jemput Yasmin dulu."

"Siyap." Ucapnya sembari pergi ke ruang tamu.

"Besok abangnmu pulang." Tutur sang Mama yang membuat kami menoleh seketika. Ada raut bahagia di wajah Riri tapi berbeda denganku, aku biasa-biasa saja.

"Tumben pulang." Sahutku sambil mengunyah cemilan di toples.

"Ehh, abangnya pulang kok gitu. Abangmu pulang karna ada studi banding dan kebetulan di Universitas deket sini. Jadi, ya mampir pulang." Jelas Mama sambil mengupas buah apel.

Rere dan Riri hanya ber 'oh' ria. Lalu kenapa, abangnya tidak memberitahunya?

"Kenapa Abang nggak bilang ke aku?" tanya Rere.

"Mungkin abangmu pengen ngasih kejutan."

"Tapi, sayangnya Mama udah keburu ngasih tahu." Ledek Rere yang membuat sang Mama melotot kaget.

"Astaga! Mama keceplosan." Sahut sang Mama terlonjak kaget.

"Haduh, nanti Abangmu marah gimana?" sambung Dyah.

Mereka berdua mengedikkan bahu tak acuh dan tertawa keras melihat kehebohan sang Mama. Dyah pun akhirnya mengancam kedua putrinya untuk tidak memberitahu kalau Mamanya sudah membongkar kejutan sang Abang. Rere dan Riri hanya mengangguk mengiyakan mendengar ocehan Mamanya yang tiada henti. Malas saja memang membantah. Jika mereka besok juga keceplosan, lalu? Pikirkan saja besok.

****

"Ri, cepetan dong!" teriak Rere yang sudah berada di bawah.

"Iya, iya. Ambil tas ini, loh." Sahut sang Adik yang masih di kamarnya.

"Lama banget, sih!"

"Mama, kita berangkat." Salim Rere kepada sang Mama.

"Riri berangkat, Ma."

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang