43. Permintaan dan Alasan

60 7 0
                                    


Votes terlebih dahulu supaya berkah.


****

"Kenapa malem malem vidcall gue? Tumben dah." Ucap seseorang di sebrang sana sambil sibuk ngemil.

"Mm, kangen, hehe,"

Dara terkekeh lalu melempar kuacinya ke arah Rere. "Dih, masa iya?"

"Emang lo nggak?" Rere mengerucutkan bibirnya sambil tiduran.

"Kalau kangen ya tinggal ke Semarang lah."

"Gimana kabar kelas, baik kan?" Rere merubah posisinya menjadi tengkurap.

"Baik sih. Kita juga sering bicarain lo kok."

"Bicara apa?"

"Kepoooo."

Rere diam sebentar. Mengamati Dara yang sibuk ngemil dan nonton. Malam ini tidak tahu kenapa ia ingin sekali menghubungi temannya itu setelah berminggu-minggu tidak kontak.

"Dar..."

"Hmm?" Dara menoleh pada Rere.

Rer menggigit bibir bawahnya. "Lo biasanya ketemu Kak Diki nggak?"

"Iya ketemu. Di kantin dia makan."

Rere hanya ber oh ria. Bingung harus bertanya apa lagi.

Sebenarnya hari hari ini ia merasa bersalah terhadap seseorang. Mengabaikan pesan dan panggilannya. Dia tidak tahu bagaimana tanggapan Diki ketika Rere mengabaikannya. Namun disisi lain ia ingin mengetahui kabarnya walaupun hanya sekadar berpapasan mungkin.

"Kenapa tanya kecebong satu? Kangen ya lo?" goda Dara menunjuki Rere.

"Enggaaakkkkk. Cuman tanya kok."

"Oh kirain. Soalnya kemarin lusa dia nanyain lo. Tapi kalo lo bomat sih yaudah."

Rere langsung duduk seketika. Menaikkan volumenya tinggi.

"Dia siapa?"

Dara mengernyit menahan tawa. "Dia..."

"Siapa sih Dar?"

"Kak Diki."

"Na--nanyain gue so--soal apa?" gugup Rere tiba-tiba sambil menggigiti kuku jarinya.

"Kenapa salting lo?" Dara menertawai Rere yang tiba-tiba bergerak gelisah di sana.

"Enggak!"

"Yaudah sih nggak usah ngegas."

"Nanyain apa?"

Dara mengunyah lagi kuacinya. "Nanyain kenapa lo gak bales chatnya, kenapa lo gak angkat telponnya. Emang dia sering hubungin lo, Re?"

Kan.

Rere sedikit menjauhkan ponselnya agar tak kentara gugup.

"Mm, iya..."

"Terus?"

Rere mengarahkan bola matanya kesana kemari. Membuat Dara di sana kembali mengernyitkan dahi.

"HEH!"

"Ditanya malah diem."

"Gue gak bales chatnya sama callnya." Balas Rere akhirnya.

"Kenapa dah? Kalian berantem?"

"Eh emang biasanya berantem kan?" lanjut Dara membuat Rere mengerjapkan matanya pelan.

"Iya sih ... tapi gue mau minta tolong."

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang