Votes terlebih dahulu supaya berkah.
****Dua hari ini Rere hanya diam di rumah kontrakan yang berada di Jakarta. Besok Senin ia sudah kembali masuk seperti biasa. Sebelum berkutat kembali pada pelajaran, Rere ingin menyempatkan waktu untuk pergi ke Gramedia membeli novel yang sudah sebulan ini ia incar. Tapi rasanya kesal sekali mengingat dirinya yang tak tahu betul jalanan kota Jakarta. Apalagi motor hanya punya satu dan itu milik Abra yang sering digunakan untuk ngampus. Hanya angkutan umum yang siap mengantar jemput dirinya.
Rere bergegas mencari pakaian untuk keluar dan berganti secepat kilat. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas ia tidak ingin panas-panasan di luar.
"Mama, Rere mau keluar dulu." Ucap Rere yang sudah rapi dengan tunik merah muda panjang sampai bawah lutut dan jeans biru bawahan.
Dyana yang sibuk menonton talk show di televisi memutar kepalanya menghadap Rere yang sedang mencari flatshoes di rak sepatu.
"Adeknya nggak diajak, Reyna?"
Rere menggeleng lalu ikut duduk di samping Dyana. Ponselnya ia otak-atik untuk menghubungi seseorang. "Nggak deh, Ma. Dia tidur tuh tadi aku lihat."
"Anak perawan jam segini masih tidur." Dyana menggeleng kepalanya lalu kembali menonton televisi.
"Halo?"
"Iya, ada apa, Re?"
"Sibuk nggak?"
"Mau kemana emang?"
"Ikut gue yuk, Dar, ke gramed."
"Gramed?"
"Heem, gue gak tau jalannya. Abang juga lagi ngampus."
"Gimana ya gue sih juga pengen keluar rumah gitu, tapi sekarang lagi suruh bantu Mama bikin cupcake"
Rere menghembuskan napas gusar. "Gak bisa dong?"
"Harus sekarang emang?"
"Iya, mumpung gue lagi mager di rumah."
"Malem gimana?"
"Malem gak bisa, nggak boleh kalo malem."
"Yaudeh deh, Dar, gue pergi sendiri aja. Lo bantuim Tante Laras sana."
"Beneran gakpapa nih? Sorry banget..."
"Iya santai. Nanti maps lah gue."
"Oke deh, hati-hati, ya. Kalo bingung telpon gue aja atau vc."
"Siyap."
"Gimana, Rey?"
"Rere berangkat sendiri aja, Ma."
"Emang kamu tahu jalannya?" tanya Dyana.
"Kan ada maps." Jawab Rere mengangkat ponselnya sambil tersenyum.
"Yakin?" tanya Dyana lagi.
Rere mengangguk cepat. "Iya."
Dyana menghela napas panjang. "Hati-hati."
Rere menyambar tangan Dyana lalu menciumnya. "Assalamualaikum," berjalan ke luar sambil melambaikan tangan ke atas pada Dyana yang berdiri dekat pintu.
"Pertama-tama, ketik dulu Gramedia dekat Jakarta Selatan." Gumamnya sambil mengetik cepat di layar ponselnya.
Rere tersenyum senang saat ponselnya sudah menunjukkan arah berserta jalan yang ia gunakan untuk menuju ke gramed. "Sip, Gramedia Melawai. Meluncur,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AREYNA
RomanceGimana kalo awalnya kalian ogah-ogahan sama seseorang tapi berakhir peduli dan suka sama dia? Areyna, gadis kembar yang mempunyai sifat galak, jutek tapi lembut dengan keluarga jatuh hati pada seorang Ibnu Zidan Ma'arif yang terkenal religius dan di...