23. Tertangkap Basah

86 11 0
                                    


Votes terlebih dulu supaya berkah.


"Aish, susah amat sih nih soal." keluh Dara memukuli kepalanya tanpa henti.

Rere yang melihat Dara bergerak gelisah memukuli kepalanya menyenggol lengannya pelan.

"Kenapa?"

"Tuh soal minta gue bacok!"

Matanya melihat serentetan soal yang sama sekali belum terisi jawaban. Sudah dipastikan temannya ini tidak belajar. Untuk Rere soal seperti ini sudah menjadi makanannya.

"Lo kemarin pasti gak belajar."

"Be--belajar kok." Jawab Dara dengan anggukan berkali-kali.

"Sini gue ajarin." Rere menarik buku Dara dan mulai menuliskan beberapa rumus untuk Dara tahu. Dara yang melihat kelihaian Rere dalam berhitung berdecak kagum. Dipastikan dia akan menjadi bintang kelas.

"Tuh, udah ngerti 'kan?"

"Lumayan lah daripada yang tadi." Dara tersenyum lebar melihat bukunya penuh akan jawaban. Walaupun rata-rata dia tidak menjawab, hanya membantu menghitung dengan kalkulator.

"Re, gue les di rumah lo, dong." Pinta Dara membuat Rere tersedak.

"Uhuk, uhuk..."

"Ya ya ya,"

"Nggak ah." Rere menutup botol minumnya dan ingin berdiri dari bangkunya.

"Yah..., gue tuh bego banget dari dulu sama matematika. " Ucap Dara memelas.

"Lo bisa belajar sendiri, Dar." Ujar Rere berusaha melepas cengkraman tangan Dara di pergelangannya.

"Tapi gue beneran gak bisa kalo belajar sendiri."

"Bodo, gue mau ngantin."

Kesal Dara melihat Rere berjalan keluar ke kelasnya dengan tatapan sedih.

Selanjutnya Dara berlari terbirit-birit mengikuti Rere dari belakang. Waktu istirahat sudah datang saatnya mengisi perut setelah berperang dengan matematika yang tiada habisnya.

"Mau makan apa?"

"Gue kira lo gak ikut di kantin."

"Gue laper, matematika bikin perut gue kosong."

"Ngaco!" kekeh Rere melihat tingkah Rere yang menurutnya hampir seperti Yasmin, sahabatnya.

"Gue tunggu di sana ya." Tunjuk Rere terhadap meja tengah paling belakang. Matanya menerawang seisi kantin yang penuh akan anak-anak Gajah Mada. Untung saja meja masih tersisa satu untuknya dan Dara.

Saat matanya sibuk memperhatikan kantin, gerombolan badboy sekolah membuat seisi kantin menjadi gaduh. Rere membelalakkan matanya saat ia tertangkap basah oleh salah satu badboy tersebut.

"Mati gue,"

Langkah kaki itu terdengar semakin dekat di telinganya. Harus bilang apa dia kalau kakak kelas itu memakinya. Membayangkan saja Rere sudah ngeri melihat banyak ajudan di belakangnya.

Semakin dekat... dan...

"Pesanan sudah datang!" Ucap Dara yang sudah duduk di depannya.

Rere memejamkan matanya untuk menetralkan jantungnya yang berdegup kencang. Ternyata Dara yang mendatanginya. Tapi lagi-lagi ia tidak bisa berkutik saat Diki dan para ajudannya duduk di sebrang kirinya. Memperhatikannya seakan Rere adalah mangsa yang ia incar.

"Makan, Re."

"He'em."

"Gue tadi ketemu Kak Bryan pas pesen siomay." Ujar Dara saat kunyahan pertama selesai.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang