14. Bertemu Papa

122 17 2
                                    

Abra sudah dua hari berada di rumahnya. Lima hari lagi ia harus segera kembali ke Jakarta karna waktu studinya sudah habis. Berarti, Abra harus meninggalkan Mama dan Adik kembarnya lagi. Sebenarnya Abra masih ingin berlama-lama disini tapi mengingat tugasnya juga cukup penting, akhirnya Abra tetap akan kembali.

Universitas Swasta di Bandung salah satu tempat bagi Abra melaksanakan studi bandingnya. Jika tugasnya kali ini tidak tuntas, maka skripsinya pasti akan terkendala. Sebisa mungkin Abra mengerjakannya dengan serius dan cermat.

"Ajim, gue kesana dulu, ya." Ucap Abra

"Iye-iye."

Abra melenggang pergi meninggalkan teman-temannya yang sedang ingin mewawancarai mahasiswa disini. Tujuan Abra sekarang adalah kantin. Ia sangat haus. Abra menerawang seisi kantin yang cukup ramai dipenuhi oleh mahasiswa disini.

Banyak pasang mata yang memergoki Abra dengan sengaja. Abra secara tidak langsung menjadi pusat perhatian bagi mahasiswi di dalam kantin itu. Dari mulai mengajaknya bicara, sengaja menyenggol Abra dan sampai meminta nomor telepon Abra. Abra hanya tersenyum menanggapinya.

Ajim yang sedari tadi mencari sahabatnya itu tak kunjung melihat sosok Abra.

Dimana perginya anak itu. Tidak ingat apa ini waktunya mewawancarai salah satu dosen yang akan memberikan nilai untuk studi bandingnya.

Saat Ajim berjalan cepat sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Abra, dia menabrak seseorang.

"Bang****." Umpat Ajim yang berjingkat kaget melihat Abra di depannya.

"Lo kemana aja, sih? Gue sampek linunan nyariin lo muter-muter nih kampus." Omel Ajim marah.

"Gue ke kantin, beli minum. Mau?" sahut Abra polos tanpa tampang berdosa. Ajim mendengus kasar melihat kebiadaban temannya ini. Kakinya sudah terasa linu semua dan dengan santainya Abra menawarinya jus yang sudah hampir habis? Benar-benar teman biadab!

"Ayo kesana! Udah ada dosennya."

"Siyap." Ujar Abra sambil merangkul temannya dan berjalan berdampingan.

Mereka berdua seperti pahatan Tuhan yang sempurna. Di sepanjang jalan tidak ada perempuan manapun yang bisa mengalihkan pandangannya ke mereka. Sampai-sampai Ajim tertawa terpingkal-pingkal karena melihat ada satu orang perempuan yang air liurnya sempat menetes karena melihat ketampanan Abra. Abra yang merasa tidak enak dengan tawa Ajim segera membungkam mulut temannya dan berlari menuju teman-temannya.

"Kalian kemana aja sih? Kalo gak niat studi banding pulang aja sana!" lagi-lagi kena omel. Berbeda dengan tadi, Abra sempat merasa bersalah karna diomeli oleh Asna, pacar Ajim.

"Tuh, omelin si Abra." Tunjuk Ajim yang membuat Asna pacarnya menatap tajam Abra. Abra balas menatap ngeri karna kalau Asna sudah marah, Azam harus segera periksa ke dokter THT karna omelan panjang Asna yang membuat telinga merah.

Setelah perdebatan kecil itu, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang. Dosen yang akan memandu serta mendampingi mahasiswa dari Universitas yang akan studi banding di kampus ini.

Saat dosen itu masuk dengan cara berwibawa, semua menampakkan senyumnya kecuali Abra. Apalagi setelah melihat perempuan yang mengikuti dosen itu. Abra meremas bukunya sampai tak teelihat melihat seseorang yang dulu pernah ada di dalam hidupnya. Ajim yang melihat ekspresi dingin sahabatnya itu segera menepuk pundak Abra.

"Lo harus bisa kendaliin diri lo." Ucap Ajim mengingatkan. Abra menoleh dan menatap dingin kedua orang yang sekarang menatapnya balik.

"Selamat siang anak-anak, senang bisa bertemu dengan mahasiswa dari salah satu Universitas Jakarta yang cukup ternama. Saya Fadli Atmaja Sakhna, dosen yang akan membimbing dan mendampingi kalian selama masa studi banding."

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang