28. Truth or Dare

88 10 0
                                    


Votes terlebih dahulu supaya berkah.


Setiap insan memang memiliki kecenderungan masing-masing. Bukan hal pelik jika kita menanganinya. Seperti halnya Rere yang memiliki kecenderungan membaca dan menulis jika sedang dilanda kegelisahan. Entah sejak kapan kesenangan itu muncul, Rere seakan menjadi bebas dan tak terkendali saat dirinya masuk di dunianya sendiri -Menulis. Semua kegundahan dan kesenengen sekaligus menjadi satu rangkuman yang utuh ketika dirinya berpihak di bumi. Saat-saat itulah yang Rere tak ingin lewatkan dan ia torehkan di selembar demi lembar yang senantiasa menemaninya menjadi sosok sekarang.

Pemandangan persawahan kota Semarang menjadi daya tarik sendiri bagi Rere untuk bahan menulis. Hawa sejuk yang masih terasa walaupun terhalang kaca kereta membuat moodnya menjadi lebih baik dan tenang.

Semenjak tadi ia ingin sekali menulis apapun itu di bukunya. Namun, pikirannya seakan melayang pergi ke dalam mimpi yang kemarin menghampirinya. Lagi-lagi Rere teringat Papanya yang mengajaknya pulang sambil menangis ingin menggapai Rere.

Setelah kejadian kemarin, tidak ada satupun anggota keluarga yang menanyainya mimpi buruk apa itu. Mungkin mereka tidak ingin membahasnya lagi. Tapi jauh dari kata abai, mimpi itu terus menelusup ke dalam hati dan pikiran Rere. Sekarang ia juga sedang memandangi foto dirinya bersama Riri dan Papa Fadli. Perasaan aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya membuat dirinya gelisah tak berakhir.

"Masih lama gak, Bang?"

"Enghh..."

Abra menilik arlojinya sambil berkata. "Masih satu jam lagi."

Rere melihat Abra yang masih terlelap dan Riri disampingnya menyandarkan kepalanya di bahu sang Abang sambil memainkan benda pipih miliknya.

Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju Kota Semarang. Tinggal satu jam lagi mereka akan sampai di stasiun. Tapi sawah yang terbentang luas di penglihatannya saat ini sudah menunjukkan bahwa mereka sudah memasuki kawasan Semarang.

Dyana duduk disamping Rere dan tidur bersandar di pundak sang anak. Hanya Rere yang termenung dalam lamunannya. Ingin mengabari teman-temannya tapi ia urungkan. Rere tersenyum penuh arti bahwa sebentar lagi ia akan berjumpa kembali dengan sahabat lamanya.

****

SITI ROPE AAHH

Kemarin

ysmindira
Gue kok mimpi Rere pulang ya.

Nanarr.
Telpon sana, mungkin lo kangen dia.

Azammm
Aishh, GUE JUGA KANGEN TAPI KOK RERE KAGAK PERNAH MAMPIR DI MIMPI GUE , YA:((((

ysmindira
Caps clock lo jebol, ha?

jimmyaregas
Bangsat. Jijik gue lihat lo ngetik gitu, Zam.

gemaaldino.
(2)

aditya08_
(3)

Nanarr.
(4)

ysmindira
(500)

Azammm
Ya Allah. Kalian ada dendam kesumat apa sih sama gue, ha?! BILANG, BILANG!!!

Ibnuzdn_
Gak usah alay bisa gak?

Azammm keluar

Rere tertawa terbahak-bahak melihat percakapan singkat yang serta merta selalu membully Azam tanpa ampun. Apalagi melihat respons Ibnu yang terdengar sarkas.

Yasmin memimpikan dirinya pulang? Yaampun teman satunya itu mungkin punya ikatan batin yang kuat dengan dirinya. Memang sudah semingguan ini Rere tidak kontak dengan Yasmin maupun Nana. Sengaja.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang