37. Sebelum Pergi

68 6 4
                                    


Votes terlebih dahulu supaya berkah.

Siap baca 2000 word lebih?

****

Hari ini rasanya Rere ingin tidur saja seharian. Akibat omongan Abra kemarin mood Rere seketika turun drastis. Bagaimana tidak, Abra bilang bahwa sabtu besok dirinya dan keluarga akan berangkat ke Semarang. Dan hari ini terakhir Rere menginjakkan kakinya di Gajah Mada.

Rere bingung jika harus memberitahu teman kelasnya. Takut jika di tanyai alasan kenapa dirinya pindah. Membayangkan saja sudah malas.

"Ke kantin yuk." Dara yang baru saja tiba langsung menggoyangkan lengan Rere.

"Nggak ah."

Dara mendengus. "Ayolah, gue traktir deh."

"Beneran?" Rere langsung bangun dari tidurnya.

"Iya. Udah ayok."

Rere berjalan bersama Dara menuju kantin. Di sana sudah ada Bintang dan Edo yang menunggu kedatangannya.

"Gue pesenin ya." Dara langsung melenggang pergi ke arah mang-mang tukang bakso. Sohibnya itu sudah tahu betul bahwa Rere pasti akan memesan bakso.

"Tumben ke kantin." Celetuk Edo yang duduk di depannya.

Rere mengulum bibirnya. "Di traktir soalnya."

Bintang dan Edo terkekeh geli mendengarnya. Rere juga ikutan terkekeh mendengar jawaban klasiknya itu. Matanya melihat Dara yang sedang mengantri di mang-mang bakso. Yang membuat Rere geleng-geleng kepala adalah Dara yang tak tahu malu menerobos antrian tanpa memperdulikan teriakan tak terima dari banyak orang. Apalagi dia junior sendiri kalo dilihat-lihat.

"Re?"

"Hmm?" gumam Rere menatap Edo yang memanggilnya.

"Lo kenal sama Kak Diki?"

Rere mengangguk pelan. Ingin berbohong tapi rasanya sangat tidak nyaman. "Kenapa?"

"Gue kemarin lusa lihat lo sama dia di gramed." Ucap Edo membuat Bintang tanpa sengaja menyemburkan minumannya di meja.

"Ah, Bin!" teriak Edo karna bajunya terciprat sedikit.

"Salah lihat lo kali." Elak Bintang yang masih tidak menyangka.

Rere menggigit bibir bawahnya gugup. Kalau dia jujur Edo nanti bisa tanya ini itu padanya. Kalo dia bohong ya pasti ketahuan lah.

"Iya itu gue."

Kedua kalinya Bintang menyemburkan minumannya di mulut tapi bukan ke meja melainkan di bawah meja.

"Seriusan?!"

Rere mengangguk lemah. "Iya. Udah nggak usah mikir macem-macem lagi, ya."

Edo yang masih diam terus menatap Rere dengan kerutan dalam di sekitar dahinya. Masih bisa di lihat bahwa temannya itu terlihat ingin tahu kejadian sebenernya. Tapi untung saja Dara datang membawa pesanannya.

Dara ikut duduk di samping Rere sambil menaruh sambal dan kecap di mangkoknya. "Nyebelin gak sih tadi ada senior gak mau ngantri."

Rere menoleh sebentar lalu mendengus mendengarnya. Gak ngaca.

Saat Rere membalikkan kepalanya matanya menubruk mata seseorang di sana yang sedang berjalan ke sini bersama dua temannya. Bajunya sudah keluar sana sini. Rambutnya menjuntai panjang ke depan menutupi dahi lebarnya apalagi celana putih abu-abunya yang kelihatan sangat ketat di mata Rere. Siapa lagi kalau bukan Diki dan dkk sang berandalan sekolah.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang