Votes terlebih dahulu supaya berkah.Sudah lama Rere dan Riri mengunci diirinya di kamar sejak kepulangan sang Abang. Tepatnya di kamar Riri. Mereka takut kalau-kalau Abra mengamuk dan menghajar mereka.
Tidak, Abra tidak mungkin sampai menghajar.
Masih ingatkan Diki yang kemarin menggoda Rere?
Yap, tadi sore sepulang Abra kuliah Diki menelepon Abra. Awalnya Abra diam saja mungkin salah sambung atau orang iseng.
"Halo?"
"..."
"Halo, ukhti?"
Abra mengernyit keheranan. Nomor ini mungkin sedang mengerjainya. Ia sengaja mendengarkan tanpa mau menjawab.
"Halo, ukhti? Lo bisu?"
"Atau budek?"
"Ini beneran nomer lo 'kan?" cerocos Diki di sebrang sana.
"..."
"Ett dah gue ngomong sama tembok ini."
"ANJI*NG LO DENGER GAK SIH, RE?!"
"Lo siapa?"
Tidak ada sahutan.
Hening.
Disana Diki hanya bisa memandangi layarnya kaget karna yang menjawabnya adalah suara laki-laki, bukan sosok yang diinginkannya.
"Lo siapa?!"
Abra sudah menggeram kesal dengan semua ini. Orang iseng ini sudah kelewatan. Berani-beraninya mengumpati Abra.
"Lo siapa?"
"Lo yang siapa? Lo cari siapa, ha?!"
"Ini bukan nomer Rere? Cewek ukhti tadi?"
"Rere?"
Hmmm, Abra paham sekarang. Ternyata yang mengisenginya adalah adiknya sendiri.
"Bukan! Gue Abangnya. Puas lo?!"
Tut tut tut
"Buka, Dek!"
"Jangan sembunyi!"
Abra berusaha keras membuka kamar Riri yang dikunci dari dalam. Masa iya, Abra harus mendobrak lagi. Kemarin saja ia kena amarah Mamanya karena main dobrak kamar Rere saja.
"Dek buka pintunya Abang gak marah, kok." Rayu Abra padahal saat ini wajahnya tersenyum licik.
"Beneran, Bang Abra gak marah?" tanya Riri dari dalam kamar.
"Iya, Abang gak marah."
"Yaudah, bentar!"
Rere dan Riri bertatapan cukup lama. Takut-takut Abra membohonginya agar dibolehkan masuk. Tapi entah dorongan darimana Riri segera berlari membukakan pintu dan tampillah Abra dengan senyum sandiwaranya.
"A-abang gak marah?"
"Kenapa marah?"
Abra masuk ke dalam kamar dengan santai. Meredam amarahnya sejenak kalau kalau adiknya akan berteriak memanggil Mama.
"Sini, Abang mau ngomong sesuatu."
"Nggak ah, Abang gak meyakinkan."
Rere masih duduk di pojok ranjang dengan mata menyelidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREYNA
RomanceGimana kalo awalnya kalian ogah-ogahan sama seseorang tapi berakhir peduli dan suka sama dia? Areyna, gadis kembar yang mempunyai sifat galak, jutek tapi lembut dengan keluarga jatuh hati pada seorang Ibnu Zidan Ma'arif yang terkenal religius dan di...