That Moment

423 75 12
                                    

Hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di kantor majalah itu, ternyata Bu Mirna sama sekali tidak memberinya kesempatan kedua. Begitu sampai di kantor tadi pagi, Senggani sudah mendapat surat pemecatan dari kantor. Sebenarnya Senggani sudah bisa menebak hal ini, mengingat Bu Mirna adalah seorang yang otoriter. Sekali dia tidak suka atau kurang puas dengan pekerjaan anak buahnya, dia tidak akan segan-segan memecat dan mengganti anak buahnya itu dengan karyawan baru. Sungguh kejam dan tidak berperikemanusiaan, tapi yang namanya boss, terserah apa maunya. Dan tidak bisa dilarang.

Senggani yang tampak murung karena masih syok dengan tragedi pemecatan mendadaknya itu tampak pasrah mendapati dirinya berdiri di selter Busway terdekat. Bukannya bekerja, dia malah harus kembali lagi ke rumahnya dalam waktu yang singkat. Mau bilang apa sama orang di rumah?

Penantiannya berakhir juga, TransJakarta yang akan membawanya lebih dekat dengan rumah sudah terlihat, dan dengan sekejap mata langsung disambar oleh orang-orang yang juga akan menumpang Bus ini. Senggani mencoba melihat kanan dan kiri mencari kursi yang kosong, siapa tahu dia beruntung bisa dapat tempat duduk, tapi ternyata semua kursi sudah terisi penuh.

Dengan terpaksa Senggani berdiri bersama beberapa orang lain yang senasib dengan dirinya. Seorang wanita yang hamil besar tampak bingung mencari kursi duduk karena dia sudah tidak kuat berdiri terlalu lama.

“Bu, duduk di sini saja.” Ucap seorang penumpang pada wanita hamil itu.

“Terima kasih.” Ucapnya sambil tersenyum. Penumpang tadi yang adalah Mahesa lantas berdiri dari kursinya dan saat berdiri dia melihat ada seorang pria bertopi dengan tingkah mencurigakan, setelah diamati dengan hati-hati olehnya, terlihat bahwa pria bertopi itu tengah mengarahkan handphonenya ke bawah rok A line pendek yang dikenakan seorang gadis yang dipepetnya sejak tadi. Rupanya pria mesum itu mencoba merekam celana dalam yang dipakai gadis itu dari balik roknya. Dan gadis yang membelakangi pria itu tak tahu apa-apa jika dia sedang dilecehkan, ternyata adalah gadis yang pernah bertemu dengannya yang wajahnya terekam jelas di ingatan Mahesa. Gadis itu Senggani.

Merasa kasihan karena menjadi korban pelecehan, Mahesa bergerak maju berusaha melewati orang-orang agar lebih dekat dengan gadis itu. Dan dengan sengaja menabrak si pria mesum itu saat Busway berhenti di selter berikutnya dan membuat handphone pria itu terjatuh di lantai Busway.

“Maaf, Mas.” Ucap Mahesa seakan tak sengaja menabrak pria itu dan berdiri di belakang Senggani untuk menutupi tubuh gadis itu dari pria mesum tadi. Si pria yang kesal karena aksinya gagal dan handphonenya terjatuh hanya bisa memberikan tatapan sinis pada Mahesa dan menyingkir perlahan.

Senggani menoleh mencari sumber suara yang membuatnya merasa pernah mendengar suara berat dan tegas itu. Dan benar saja, saat menoleh ke belakang dia mendapati cowok gondrong yang tempo hari bertabrakan dengannya itu sudah ada di belakangnya. Secara spontan, Senggani langsung memalingkan wajahnya agar cowok yang menggerai rambut gondrongnya itu tidak bisa mengenalinya.

“Sorry, kayaknya pernah lihat,” ucap Mahesa yang berpura-pura lupa dengan gadis berambut panjang itu. “Oh, kamu cewek yang pernah...”

“Iya, saya yang pernah tabrakan sama kamu di event kampus itu. Kenapa?” sembur Senggani dengan judesnya sambil mempererat tas laptopnya supaya nggak dicopet lagi.

“Galak banget sih, Mbak. Masih ngira saya copet ya?” sindir Mahesa yang melihat Senggani begitu erat melindungi tas yang di bawanya.

“Saya cuma ja...” ucapan Senggani terjegal oleh Mahesa.

“Cuma jaga-jaga, zaman sekarang harus lebih waspada kan? Apalagi kamu cewek. Gitu kan maksudnya?” Mahesa membalikkan ucapan yang pernah Senggani ucapkan saat insiden tabrakan mereka itu. “Oh ya, sebelum lupa. Kamu ngerasa kehilangan sesuatu nggak pas kita tabrakan itu? Saya nemuin ID Card, dari photonya sih kayak punya kamu. Pas mau saya balikin, kamu nya udah nggak tahu ke mana.”

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang