Pertengkaran Pertama

302 48 24
                                    

"Kamu kok bisa berpartner sama dia?" suara Hendra begitu memekakkan telinga Gani, otomatis Gani menjauhkan jarak ponselnya dari telinga agar tidak menyebabkan kerusakan pada gendang telinganya.

Hendra terdengar begitu emosi saat Gani bercerita tentang pengalamannya menerbangkan lampion untuk pertama kalinya saat perayaan Hari Raya Waisak dua hari lalu di Candi Borobudur. Bukan karena lampionnya sih yang membuat Hendra kesal, tapi saat Gani tak sengaja keceplosan dan bilang bahwa Mahesa yang membawakan lampion itu untuknya.

"Terus kenapa kamu nggak bilang sebelumnya kalo dia yang jadi partner kamu?" ternyata membuka percakapan di telepon dengan mengangkat tema soal festival lampion yang bersangkutan langsung dengan Mahesa adalah ide yang buruk. Sekarang Senggani harus mencari cara untuk meredam kekesalan Hendra yang jauh di sana.

"Ndra, kita kan tugas, kita cuma partner kerja Ndra." Gani mencoba memberi penjelasan dengan hati-hati.

"Aku udah peringatkan kamu untuk jauh dari dia. Kamu mau jadi korban dia juga?" Hendra semakin sulit mengontrol emosi. Lagi-lagi Mahesa, Hendra trauma dengan apa yang pernah dia alami bersama Lara. Dia tidak mau kecolongan untuk yang kedua kalinya. Senggani harus dia jaga ekstra ketat jika dia tidak mau si maniak itu mencuri lagi darinya. Mencuri lagi kekasihnya.

"Aku bisa jaga diri kok. Lagian aku nggak bisa nolak dipartner sama dia, ini kan suruhan bossku. Selama aku kerja bareng dia, dia baik orangnya. Nggak pernah macam-macam sama aku." Senggani membela Mahesa.

"Siapa yang tahu apa yang ada dalam otaknya dia? Mungkin saat ini dia masih baik sama kamu, tapi kamu lengah sedikit habis kamu sama dia. Apalagi kalian cuma berdua, di luar kota lagi. Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi, Gani. Bisa-bisa kamu yang khilaf lagi," melihat ruang lingkup kerja kekasihnya itu selalu berada di sekitar si maniak itu siapa yang nggak senewen coba?

"Aku bukan cewek kayak gitu ya!" Ada rasa kesal dalam hati Senggani mendengar Hendra terus memojokan Mahesa, hatinya sekarang berkata bahwa Mahesa bukanlah seperti apa yang orang-orang pikirkan selama ini. Mengingat kebersamaan yang pernah mereka lalui bersama, terselip rasa nyaman di dalamnya yang tidak bisa Senggani sangkal.

Siapa peduli dengan masa lalunya itu? semua orang pernah melakukan kesalahan dan kebodohan, yang harus kita lihat adalah masa sekarang. Apakah dia bisa berubah atau tidak. Menjadi manusia yang baru dan tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu itu lebih mengagumkan daripada dia tetap berkubang di lubang yang sama dan tidak berniat untuk pergi dan meninggalkannya.

"Kamu nggak bisa minta ganti partner apa? Jangan buat aku khawatir terus-terusan dong setiap kali kamu pergi liputan sama dia." Suara Hendra hampir membuat ponsel Senggani jatuh, dia habis melamun.

"Ya nggak bisa seenaknya begitu dong, Ndra. Apa lagi aku masih anak baru,"

"Masa nggak bisa sih? Bilang aja kalau kamu nggak cocok berpartner sama dia atau cari alasan yang bisa bikin atasan kamu itu mengganti partner liputan kamu."

"Tetap nggak bisa, Ndra. Aku nggak enak sama Mas Rizal, soalnya dia yang partnerin kami." Lama-lama, Senggani greget juga. Gimana bisa diganti dengan orang baru, kalau sudah beberapa kali Mas Rizal selalu memuji hasil tulisan artikel dan jepretan kamera yang mereka buat bersama. Lagipula, secara personal Gani juga cocok partneran sama Mahesa karena cowok itu bisa diajak diskusi dan nggak keberatan kalau membantu Senggani dalam proses menulis artikelnya. Wawasan cowok itu juga patut diberi dua jempol, makanya mereka bisa nyambung kalau ngobrol tentang hal apapun. Pokoknya, orang yang sangat amat nggak setuju kalau Mahesa harus digantikan orang lain itu yang Senggani sendiri.

Apa dia sudah sebegitu nyamannya bersama cowok gondrong itu ya? Detak jantung Senggani berdetak cepat tanpa aba-aba.

"Tapi aku benar-benar nggak tenang kalau kamu harus terus bersama dia. Kamu ngerti kan perasaan aku?" tanya Hendra dengan penuh penekanan.

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang