A Love to Him (Belum Revisi)

Penggalan Masa Lalu

Saat usia Ndaru menginjak 2,5 bulan, Ndaru pernah menjalani operasi kasai untuk memperpanjang masa tunda pelaksanaan cangkok hati selama dokter belum menemukan donor hati yang cocok untuk Ndaru. Selain itu biaya untuk melakukan operasi transplantasi hati tidaklah murah. Ndaru bertahan hingga usianya menginjak 2,8 tahun, sampai akhirnya dia drop kemarin dan dilarikan ke RS Dr. Kariadi, Semarang. Menurut dokter yang menanganinya, Ndaru harus secepatnya mendapat donor hati dan melakukan operasi transplantasi hati sebagai upaya untuk memperpanjang usianya. Jika tidak segera diambil tindakan, hati Ndaru dikhawatirkan terkena sirosis atau pengerasan hati.

Mencari donor hati yang cocok untuk Ndaru tidaklah mudah, selain diutamakan bergolongan darah yang sama, pendonor juga diharapkan masih memiliki ikatan darah dengan pasien. Dulu, Lara sudah mengajukan diri untuk menjadi pendonor bagi Ndaru tapi walaupun sebagai ibu kandungnya darah dan rhesus-nya tidak cocok untuk Ndaru. Dan kini Lara berpacu dengan waktu, karena jika sampai terlalu lama Ndaru dibiarkan seperti itu, nyawanya bisa terancam kapan saja.

Mendengar semua yang dokter bicarakan saat Mahesa ikut mengantar ke rumah sakit Semarang, akhirnya Mahesa memaksa Lara untuk mau menemui Hendra dan membujuknya agar menjadi pendonor bagi Ndaru karena selain bergolongan darah sama dengan Ndaru, Hendra juga ayah biologis anak malang itu. Awalnya Lara ragu, karena Hendra bahkan tidak tahu kalau dia memiliki anak dari Lara. Ya, Hendra selama ini begitu ngotot menuduh Mahesa sebagai ayah dari janin yang dikandung gadis itu karena Hendra sendiri tidak tahu bahwa Lara hamil karenanya.

Kejadian itu bermula saat Hendra yang kuliah di luar negeri tiba-tiba memutuskan pertunangannya secara tiba-tiba, dan dia pulang ke Indonesia dengan membawa teman wanita bulenya. Lara yang masih kaget karena diputuskan Hendra langsung menemui Hendra yang sedang mengadakan party bersama teman-temannya di salah satu kamar hotel bintang lima.

Seorang cowok yang sedang membawa sebotol whisky di tangan membuka pintu dan menatap Lara dengan penuh tanda tanya. Lara menerobos masuk dan mengedarkan pandangan ke semua area yang sedang berisik oleh musik upbeat yang super kencang itu. Di ruangan itu ada sekitar 10 orang, semuanya berpasangan, ada yang menari ada yang mengobrol, ada juga yang mabuk parah hingga nyaris tak sadarkan diri. Mata Lara menyapu sekitar, dilihatnya Hendra yang baru keluar dari kamar mandi dengan gontai langsung duduk di samping seorang perempuan bule yang langsung menyodorinya shot glass vodka dan ditenggaknya sekaligus sambil tertawa-tawa bahagia dan merangkul pinggang wanita bule itu.

Darah Lara seperti mendidih menyaksikan kelakuan Hendra itu, Lara mendekatinya dan berdiri di depan dua orang yang tampak masih belum menyadari kehadirannya. Saat perempuan berambut blonde itu mendekatkan wajahnya pada Hendra, Lara langsung menjambak rambut kuning itu dan membuat suasana pesta jadi terhenti.

"Get out from here!" teriaknya pada si bule yang mengaduh kesakitan.

Hendra yang sudah bak orang teler mencoba bangkit dengan tubuh yang begoyang-goyang dan memicingkan mata untuk bisa melihat Lara dengan jelas.

"Lepasin dia," titah Hendra. Tak juga didengarkan Lara, Hendra mencengkeram tangan Lara yang masih memegangi rambut bule itu dengan kasar. Perempuan bule itu langsung menjauh sambil memegangi rambutnya yang sakit akibat jambakan Lara.

"Siapa yang suruh kamu ke sini?" tanya Hendra lagi, "Siapa?" tanyanya sekali lagi dengan suara tinggi.

Musik tiba-tiba berhenti dan membuat seluruh ruangan menjadi hening. Kedua orang itu masih saling bertatapan muka membuat orang di sekitarnya langsung menghentikan pesta.

"Semuanya keluar. Go!" Lara menyalak.

Semua yang ada di sana, mulai beranjak pergi meninggalkan keduanya dalam suasana yang tegang.