The Last Sacrifice

350 29 10
                                    

Silaturahmi antara kedua keluarga itu kembali terjalin dengan akrab dan hangat, walau masih menyisakan sedikit kecanggungan namun semua berusaha melebur menjadi satu. Terutama bagi orang tua Lara yang masih merasa malu jika harus berbicara dengan Mahesa, orang yang selama ini mereka persalahkan nyatanya tak sekeji itu terhadap putrinya. Namun, Mahesa berusaha untuk memaklumi sikap orang tua Lara yang masih belum bisa sepenuhnya mengakrabkan diri dengannya.

“Jadwal operasiku tinggal seminggu lagi, dan aku minta doa dari semuanya supaya operasinya berjalan lancar dan Ndaru bisa kembali sehat.” Hendra memulai percakapan serius setelah berbasa-basi cukup lama.

“Pasti kami doakan yang terbaik untuk cucu kami,” balas Bu Rahayu sambil mengelus pundak Hendra dan melempar pandang pada suami serta keluarga Handoyo.

“Sebelumnya aku mau bilang terimakasih sama kamu, Ndra, karena sudah mau jadi pendonor untuk Ndaru.” Suara lembut Lara kini menguasai udara.

“Nggak usah bilang makasih segala, Ndaru itu kan juga anakku. Sudah kewajiban aku sebagai ayahnya untuk menolong dia,” jawab Hendra yang membuat hati Lara bergetar tak kala mendengar saat Hendra mengucapkan bahwa Ndaru adalah anaknya.

Bagai bermimpi sekian musim Lara akhirnya bisa mendengar kata-kata itu dari mulut Hendra. Rasanya masih tak percaya jika kini putra tersayangnya itu benar-benar mempunyai sosok ayah dalam hidupnya. Hal yang sempat Lara kubur dalam-dalam di angannya.

“Oh ya, mumpung suasananya sudah membaik aku ada satu pengumuman penting.” Hendra bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati kursi yang diduduki Lara lalu meletakkan kedua tangannya di bahu Lara.

“Aku ingin melamar Lara dan menikah dengannya,” tandas Hendra yang langsung membuat semua orang yang ada di meja itu tampak saling pandang.

Terlebih Lara yang masih tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Hendra menyodorkan telapak tangannya dan meminta Lara untuk berdiri dari duduknya, dengan ragu-ragu Lara akhirnya menyambut uluran tangan Hendra dan ikut berdiri bersama pria itu.

“Aku ingin menebus semua kesalahan yang pernah aku lakukan sama kamu, Ra. Jadi tolong izinkan aku untuk membahagiakan kamu sekali lagi,” bisik Hendra lembut. “Aku janji, nggak akan pernah membuat kamu menderita lagi. Aku nggak akan membuat kamu menangis lagi, aku hanya akan mencintai kamu dan anak kita. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi.”

Air mata Lara mengalir di pipinya mendengar semua ucapan Hendra, rasa haru dan bahagia menjalari setiap sudut hatinya yang nyaris suram tanpa kebahagiaan. Lelaki di hadapannya ini memang adalah lelaki yang pernah menggoreskan luka menganga di dalam hatinya, tapi lelaki di hadapannya ini jugalah yang mampu membalut luka di hatinya.

Mahendra Baskara, sosok lelaki yang tak pernah mampu Lara lupakan begitu saja dari lubuk hatinya, sosok yang akan tetap terpatri di hati dan pikirannya manakala menatap wajah Kelana Dewandaru putranya. Wajah Ndaru serupa tiruan sempurna dari wajah Hendra, membuat Lara tidak bisa membenci Hendra begitu saja. Semakin dia melihat wajah Ndaru, semakin jelas dia melihat sosok Hendra dan semakin besar pula cintanya untuk lelaki ini.

“Selesai operasi dan recovery, kita akan menikah dan melimpahkan banyak cinta untuk anak kita,” sambung Hendra lagi.

Lara yang sudah berlinang air mata, sempat menatap ke arah orang tuanya dan juga Mahesa seolah meminta pendapat dalam kebisuannya. Setelah memantapkan hatinya untuk kembali menerima Hendra sepenuhnya, Lara memeluk laki-laki itu dengan tangis bahagia. Hendra yang juga memeluk erat tubuh Lara yang jauh lebih kurus dari yang terakhir dia ingat menatap kakaknya dan seolah membuktikan semua ucapannya pada Mahesa bukan main-main. Mahesa hanya mengangguk dan tersenyum bahagia untuk mereka berdua.

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang