“Ya ampun, pagi banget lo udah ke sini. Matahari aja baru nongol,” omel Linera yang pagi buta sudah diganggu dengan kedatangan tamu yang dadakan begini.
“Masuk ke dalam aja yuk,” ajaknya pada Mahesa yang hanya berdiri di ambang pintu apartment yang baru ditempatinya bersama Rico, suaminya.
“Nggak usah, gue nggak lama kok. Sorry kalo udah ganggu pagi-pagi begini,” ucap Mahesa yang merasa tak enak.
“Nggak apa-apa, udah terlanjur bangun juga gue. Ada apaan?” tanya Linera yang terlihat masih muka bantal itu.
“Ini, album photo wedding lo udah jadi.” Mahesa menyerahkan album photo beserta CD yang selama ini diminta Linera untuk sesegera mungkin diselesaikan. Mempunyai klien seperti Linera membuat Mahesa maupun Danang serasa diteror untuk bekerja ekstra menyelesaikan album yang diminta. Maklum Linera bukan termasuk makhluk sabaran.
“Thanks ya, cepat banget udah jadi. Sorry juga kalo gue cerewet, habis banyak banget saudara gue yang mau lihat.” Linera sepertinya sudah tak mengantuk lagi sekarang, apalagi saat membolak-balik setiap lembar dalam album itu.
“Iya, nggak apa-apa. Santai aja,” ucapnya basa-basi.
“Eh, untuk sisa pembayarannya gue transfer ke rekening yang kemarin lagi kan?”
“Iya, lo langsung transfer aja ke sana,” balas Mahesa yang terlihat bingung.
“Are you oke?” tanya Linera yang mencurigai sesuatu, “kenapa sih? Kok kayak yang bingung begitu?”
Mahesa tak kunjung menjawab, raut wajahnya seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu. Sampai akhirnya, dia menyerahkan sesuatu pada Linera. Sebuah pigura berukuran sedang yang terbungkus kertas cokelat.
“Gue minta tolong ya, Lin, kasih ini buat Gani,” ucapnya kemudian.
Linera menerimanya dengan ragu-ragu. “Kenapa nggak dikasih sendiri aja?”
“Nggak akan sempat, soalnya gue lagi ngejar pesawat pertama,” ucapnya.
“Maksudnya?” Linera baru memperhatikan detail dandanan Mahesa yang terlihat bukan seperti dandanan orang yang sedang berkunjung ke rumah baru temannya. Lelaki itu terlihat seperti akan bepergian, apalagi di punggungnya bertengger sebongkah carrier yang sangat besar menurut Linera. “Where will you go?” tanyanya karena janggalnya barang bawaan Mahesa yang kelewat besar itu.
“A secret place,” candanya sambil tersenyum. “Pokoknya lo kasihin ini buat Gani ya, bilang ini sebagai hadiah pertunangan dari gue. Tapi gue pesan, lo kasihinnya setelah acara tunangannya aja. Oke.”
Setelah mengucapkan itu, Mahesa menepuk bahu cewek kurus itu sekali dan pergi dengan senyuman. Dia tidak akan menghadiri acara pertunangan itu sama sekali.
🍁🍁🍁
Hari yang ditunggu Hendra akhirnya tiba juga, rasa gugup mulai menyelimutinya mana kala dia dan keluarga serta sahabat terdekatnya sudah sampai di kediaman Senggani yang semakin tampak cantik karena dekorasi itu. Hiasan bunga dan ornamen bernuansa romantis lainnya bisa dilihat sepanjang mata memandang. Dia puas dengan hasil kerja EO yang disewanya untuk mempercantik tatanan rumah bergaya minimalis itu.
Setelah semua rombongan dipersilahkan masuk dan duduk oleh Linera yang didapuk sebagai MC hari itu, barulah Senggani dan sang mama keluar dan ikut duduk di kursi yang berlawanan dengan rombongan Hendra. Senggani yang sejak tadi tertunduk, sempat mengedarkan pandangan matanya seperti mencari satu sosok di antara rombongan yang Hendra bawa.
Dan Tante Rahayu menyadari apa yang Senggani cari, gadis itu sejak awal acara hanya bisa tertunduk dan sesekali tersenyum, namun rona wajahnya tampak sedih walau sudah tersapu make up. Bahkan saat acara tukar cincin pun, Senggani tetap diam dan tak banyak bicara serta terus menunduk dan tak berani menatap balik Hendra yang justru terus menatap gadis itu seolah terhipnotis.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love to Him (Belum Revisi)
RomanceTop rank #1 pendaki (September 2019) #1 lingkungan (September 2019) #1 jalan-jalan (September 2019) #1 global warming (September 2019) #1 gondrong (September 2019) #1 backpacker (September 2019) Mencintai seseorang yang telah melabuhkan hatiny...