Broken

236 32 26
                                    

Sambil menunggu ikat rambutnya kering, sekarang mereka bernyanyi-nyanyi di ruang tengah bersama sebagian anak-anak. Mahesa memetik gitar dan menyanyikan lagu Cintailah mereka dari band GIGI, ini adalah lagu favoritnya begitu kata cowok itu. Anak-anak juga pada ikut bernyanyi bersama walaupun nadanya lari-lari dan nggak beraturan. Secara tiba-tiba, Mahesa menyuruh Senggani bernyanyi menghibur anak-anak dan menyerahkan gitarnya untuk dimainkan. Dasar jahil juga tuh cowok.

Mahesa nggak sangka, Senggani bisa juga bermain gitar dan suaranya saat bernyanyi lumayan disa diterima telinga. Cowok itu cekikikan di meja makan bersama Bu Rahma dan para pengelola panti saat mereka menyortir buku-buku sumbangan dari para donatur di dalam kardus untuk diletakkan di taman baca, lucu juga melihat wajah bingung Senggani yang kewalahan memenuhi requestan lagu dari anak-anak. Sepertinya, anak-anak penghuni panti menyukai Senggani yang ramah dan hangat terhadap anak kecil. Walaupun baru pertama ke sini, tapi anak-anak sudah dekat dan akrab dengan cewek itu.

“Kamu bahagia banget kayaknya, Sa. Kelihatan cerah gitu mukamu. ” seloroh Mbak Anisa salah satu relawan taman baca yang sedang mengecek kondisi buku-buku itu.

“Ya biasa, namanya juga anak muda lagi kasmaran.” Jawab Mbak Ajeng yang sibuk mencatat judul-judul buku yang lolos seleksi untuk konsumsi anak-anak.

“Kasmaran apa sih? Pada ngarang deh.” Mahesa kembali berkutat pada buku yang dipegangnya. Sementara Mbak Ajeng dan Mbak Anisa senyum-senyum jahil berdua.

“Mereka nggak akan ngomong begitu kalau kamunya nggak aneh. Hari ini kamu nggak kayak biasanya, lebih banyak senyum sama ketawanya. Biasanya kalau kamu ke sini pasti mukanya ditekuk, tapi hari ini wajah kamu cerah.” Ujar Bu Rahma meluruskan.

“Kan hari ini bawa ayangnya, Bu…” Mbak Ajeng tertawa disusul Mbak Anisa.

Suara tawa kedua perempuan itu membuat Senggani dan anak-anak yang sedang asyik bernyanyi menoleh bersamaan ke arah meja makan. Mahesa langsung panik, takut Senggani mendengar percakapan mereka tadi. Duh, dasar ibu-ibu rempong. Tapi, tak lama Senggani sudah kembali memainkan gitarnya lagi.

“Mbak, nggak usah ngaco deh. Dia itu temanku.” Tandas Mahesa.

“Iya temen tapi mesra kan?” mereka berdua cekikikan lagi. Susah deh kalau urusan sama ibu-ibu gossip begini.

Bu Rahma hanya geleng-geleng melihat tingkah kedua perempuan itu yang kegirangan sendiri. “Tapi yang jelas dia bukan sekedar teman biasa.” Ucap Bu Rahma yang membuat gesture tubuh Mahesa menjadi kaku beberapa detik sebelum akhirnya bisa dia kendalikan lagi.

Telepon berdering, dari Galuh yang menanyakan posisi Mahesa sekarang juga mobilnya. Mahesa mengatakan akan mengantar mobil itu tapi Galuh bilang dia akan mengambilnya sendiri jadilah Mahesa menyuruhnya untuk datang ke panti, dan dari nada suaranya cewek itu dengan senang mengiyakan untuk datang ke panti. Mahesa menghampiri Senggani yang sedang bernyanyi lagi Twinkle-twinkle little star bersama anak yang lain.

“Anak-anak, Mbak cantiknya dipinjam dulu ya.” Ucap Mahesa yang langsung mengambil gitar dari pangkuan Gani dan menyerahkannya pada salah seorang anak. “Kalian lanjutin aja nyanyinya.” 

Mahesa membawa Senggani ke halaman belakang dan duduk di atas ayunan besi. Mahesa juga duduk di ayunan satunya lagi.

“Galuh tadi telepon, dia mau ambil mobil ke sini. Nggak apa-apa kan kalau nanti kita pulangnya naik bus?” tanya Mahes yang merasa tidak enak.

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang