Hukum mencabut Edelweiss sudah tertera pada
UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem pada Pasal 33 Ayat 1.
Jadi apa yang dilakukan Dananjaya aka Ayahnya Mahesa jangan ditiru ya guys...🍁🍁🍁
Sore itu sekitar pertengahan bulan Agustus tahun 1991, seorang gadis yang mengenakan dress longgar selutut terlihat berdiri di depan stasiun sambil mengamati wajah setiap orang yang baru keluar dari stasiun kereta. Rambut ikal yang terkepang dua, kedua tangan yang terus meremas sapu tangannya dengan cemas akhirnya terbayar tuntas saat melihat sosok pemuda jangkung yang menyembul di antara kerumunan orang yang keluar dari bangunan itu. Senym pemuda itu langsung merekah saat melihat gadisnya datang menjemput.
“Kenapa di luar, kok tidak masuk?” tanya pemuda itu saat menghampiri kekasihnya itu dan langsung memeluknya dengan erat setelah hampir 3 pekan tak bertemu.
“Di sini saja, aku suka pusing kalau lihat terlalu banyak orang,” jawabnya. “bagaimama Semeru?” tanyanya lagi saat mereka mulai berjalan meninggalkan area stasiun.
“Luar biasa cantik, aku selalu membayangkan pergi mendaki bersamamu.”
“Mas kan tahu, aku punya asma yang parah. Mana bisa ikut mendaki. Cukup ceritakan saja perjalanan Mas dan aku akan merasa seperti sudah ikut mendaki bersamamu,” balasnya gadis itu lagi.
“Oh ya, hampir lupa.” Lelaki itu membuka tas besar yang sejak tadi tersampir di bahunya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam yang membuat gadisnya itu terkejut dan membuka mulut serta matanya dengan lebar. “Edelweiss Semeru. Aku khusus bawakan untukmu.” Sambil menyerahkan segenggam bunga abadi itu pada kekasihnya.
“Cantik sekali, Mas. Ini yang selalu kamu ceritakan itu? Bunga abadi?”
“Iya, ini salah satu tujuanku ke Semeru. Semoga cinta kita bisa abadi juga seperti bunga ini,” jawabnya bangga diiringi senyum puas.
“Terima kasih, Mas.” Dipeluknya lelaki itu dengan erat.
Bersamaan dengan lepasnya pelukan itu, suara langit bergemuruh mulai terdengar. Langit sore yang masih terlihat cerah tadi berubah gelap dihiasi awan mendung.
“Sepertinya akan hujan, ayo kita harus cepat pulang sebelum kehujanan.” Ajak lelaki itu yang langsung menarik tangan gadisnya dan mengajaknya mencari becak sebagai tumpangan menuju rumah kontrakan yang sudah dihuninya selama 3 tahun terakhir masa perkuliahan di Jakarta.
Hujan sudah mengguyur dengan deras saat mereka tiba di kamar kontrakan yang lampunya masih gelap itu. Dananjaya meraih kunci yang tersimpan di atas kusen pintu dan membukakan pintu itu untuk Rahayu yang sudah basah kuyup.
“Ini handuk, keringkan dulu bajumu setelah hujan reda aku antar pulang.” Dia menyerahkan handuk bersih untuk dipakai gadis itu mengeringkan tubuhnya.
“Mas Jaya tidak kemari?” tanya Rahayu yang mulai mengelap wajah dan tangannya dengan handuk.
“Sepertinya dia sedang di rumah orang tuanya, tidak pulang kemari,” jawab Dananjaya yang biasa disapa Wira itu sambil membuka kaos bajunya yang juga basah.
“Aku ke kamar mandi dulu.” Rahayu melangkah menuju kamar mandi untuk melepas pakaian basahnya.
Sambil menunggu Rahayu yang sedang mengeringkan tubuh, Wira menyulut sebatang rokok kretek sambil memandangi hujan yang masih sangat deras di balik jendela. Pikirannya melayang ke mana-mana.
“Mas, bisa aku pinjam bajumu dulu?” seru Rahayu yang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan hanya berbalut handuk untuk membungkus tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love to Him (Belum Revisi)
RomanceTop rank #1 pendaki (September 2019) #1 lingkungan (September 2019) #1 jalan-jalan (September 2019) #1 global warming (September 2019) #1 gondrong (September 2019) #1 backpacker (September 2019) Mencintai seseorang yang telah melabuhkan hatiny...