Man In The Rain

211 25 22
                                    

Hal pertama yang dilakukannya saat kembali ke Jakarta adalah mengunjungi rumah Panti dan Taman baca Kenanga yang sudah hampir 2 pekan ini dia tingalkan. Rasanya sudah rindu bercengkrama dengan anak-anak menggemaskan itu. Apa anak-anak itu juga merindukannya ya? Bagaimana ya reaksi mereka saat melihatnya lagi di rumah panti? Pikiran Mahesa sibuk berkhayal tentang reaksi anak-anak panti yang sudah lama tidak dia jenguk itu.

Motor yang dikendarainya berbelok di gang menuju rumah panti itu, dari jauh sudah terdengar riuh suara tawa khas anak-anak itu. Mahesa semakin tidak sabar ingin segera sampai dan membagikan camilan-camilan enak yang dia beli di minimarket tadi. Motor memasuki pelataran rumah panti dan bisa ditebak anak-anak yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing itu langsung berhamburan mengelilingi Mahesa yang memamerkan senyum lebarnya serta dua kantong besar snack untuk anak-anak itu.

“Ya, nanti dibagi di dalam ya. Jangan rebutan, pasti dapat kok…” ucapnya untuk menghalau keributan yang terjadi saat itu.

Begitu melangkah menuju teras rumah, matanya tertumbuk satu sosok gadis yang baru keluar dari dalam rumah dengan membawa buku dongeng di tangannya. Jantung keduanya langsung berpacu kala melihat satu sama lain. Mahesa tidak menyangka akan menemukan gadis itu di sini, begitu pun dengan Senggani yang belum siap untuk bertemu dengan Mahesa lagi setelah pertengkaran mereka tempo hari di tempat ini juga. Keduanya hanya bisa saling menatap tanpa bisa menyapa. Untuk beberapa saat, mereka berdua terpaku di tempatnya masing-masing sampai akhirnya Mahesa berhasil menguasai dirinya dan melangkah menuju rumah dengan melewati Senggani begitu saja.

Lama Mahesa di dalam mengobrol dengan Ibu Rahma tentang pengalamannya meliput di kawasan lahan gambut yang habis terbakar di Palangkaraya itu. Dia sama sekali tidak berminat untuk keluar rumah atau sekedar duduk di teras menyaksikan anak-anak itu bermain sambil belajar seperti yang biasa dia lakukan. Ibu Rahma tahu kenapa Mahesa terus berada di dalam, dikarenakan keberadaan Senggani yang sedang menjadi salah satu relawan pembaca dongeng. Bu Rahma mendekati Mahesa yang sejak tadi hanya berdiri di depan jendela sambil mengamati Senggani secara diam-diam. Dari sorot matanya, Bu Rahma tahu kalau Mahesa sangat gatal ingin menyapa gadis itu tapi tidak juga dia lakukan.

“Kalau masih ada persoalan sebaiknya selesaikan baik-baik. Jangan menundanya sampai membuat masalah itu semakin berlarut-larut,” ucap Bu Rahma mengagetkan cowok itu.

“Yang sedang Ibu bicarakan ini saya?” tanya Mahesa sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.

“Siapa lagi yang sedang Ibu ajak bicara selain kamu, Sa?” Bu Rahma gemas.

Mahesa hanya tersenyum hambar dan kembali mengamati Senggani yang sedang membacakan dongeng pada anak-anak itu.

“Saya hanya mengikuti kemauan dia untuk tidak lagi mengganggunya. Dia yang meminta saya untuk tidak lagi mendekati dia, Bu,” tuturnya tenang.

“Kamu memang nggak bisa membedakan mana ucapan yang serius dan mana ucapan yang terpaksa? Ibu yakin, apapun yang dikatakannya waktu itu sama kamu adalah bentuk keterpaksaan dan ketidakberdayaannya sebagai perempuan yang baru saja menerima sindiran karena kedekatannya dengan kamu. Harusnya kamu pahami itu dan bukannya malah menyetujui dan menjauhinya. Kasihan dia,” sahut Bu Rahma berusaha menjelaskan perkara yang terjadi kepada Mahesa.

“Sejak kapan dia ikut bantu mengajar?” Mahesa mengalihkan topik agar Bu Rahma tidak lagi menekannya.

“Sudah 3 kali dia datang dan Ibu lihat anak-anak nyaman sekali bersamanya. Dia bisa dengan mudah mengambil hati anak-anak, seperti Larasati dulu.”

“Dia bukan Lara, Bu. Mereka berbeda,” bantah Mahesa cepat.

Bu Rahma tersenyum lembut. “Tapi dia bisa menggantikan posisi Larasati di hati anak-anak, buktinya waktu Senggani kemarin nggak datang anak-anak sudah ribut menanyakan dia. Siapa tahu dia pun bisa pelan-pelan menggantikan posisi Larasati di hati kamu. Ibu lihat kalian berdua serasi, cocok satu sama lain.”

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang