Sebuah Rahasia

267 31 22
                                    

Dengan bujukan dari sang Mama akhirnya Mahesa menyanggupi untuk hadir dalam acara ulang tahun perusahaan yang didirikan Papanya itu. Mahesa terlambat datang ke kantor karena sedang sibuk mengedit photo-photo pernikahan Linera kemarin. Di dalam meeting room sudah berkumpul banyak orang yang sedang bergembira merayakan hari jadi perusahaan. Saat dia masuk ke dalam ruangan yang sudah tertata tart cake dan nasi tumpeng di atas meja itu suasana yang tadinya riuh menjadi hening seketika. Orang-orang jadi sibuk memperhatikan Mahesa dengan tatapan bingung karena sebagian besar dari mereka tidak mengenalnya sebagai putra pertama dari presdir mereka Sandjaya Arbi.

Senggani pun tak melepaskan pandangannya dari lelaki yang mengenakan kemeja formal dan terlihat rapi agar penampilannya bisa seimbang dengan para tamu yang hadir hari itu. Mahesa yang masih berdiri di depan pintu menatap canggung semua orang yang tampak asing di matanya. Tempat yang dipenuhi orang berdasi ini sama sekali bukan dunianya, sempat terlintas pikiran untuk pergi dari tempat itu tapi saat matanya bertemu dengan mata sang Mamanya, dia urung melakukan hal itu.

Menyadari kekasihnya itu terus menatap dengan begitu mesra pada Mahesa, membuat Hendra langsung merangkul bahu Senggani sekaligus menyadarkan gadis itu bahwa dia ada di sebelah Gani. Senggani pun langsung tersadar dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Sa, Mama pikir kamu nggak akan datang. Sini, Nak," ajak sang Mama.

"Maaf Pa, aku terlambat," ucapnya pada sang ayah yang menatapnya dingin.

"Nggak apa-apa kok, acaranya juga belum selesai." Hibur sang Mama. "Ayo dilanjut aja acaranya, Pa."

Acara potong tumpeng dan makan-makan selesai, semua kolega yang hadir mengucapkan selamat dan doa serta harapannya agar PT. ARBI SAWIT PERKASA bisa tetap berjaya di bidangnya.

Lalu Pak Sandjaya Arbi pun mengumumkan beberapa hal kepada para tetamu yang hadir di antaranya pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dan cabang kantor yang baru di Sumatera dan pengumuman soal rencana pertunangan dan pernikahan Hendra dan Gani yang akan segera dilangsungkan bulan depan.

Senggani dan Mahesa terkejut mendengar hal itu dan sempat saling berpandangan. Semua orang yang hadir turut berbahagia dan menyatakan kesanggupannya untuk hadir saat acara pernikahan itu berlangsung nanti.

"Ndra, kok kamu nggak bilang kalo Papa kamu punya ide ini segala?" bisik Senggani dengan setengah geram pada Hendra.

"Aku udah pernah bilang kalo aku punya kejutan untuk kamu. Dan inilah kejutannya. Aku minta Papa untuk secepatnya merencanakan pernikahan kita ini supaya hubungan kita ini segera diresmikan," jawab Hendra bahagia.

"Tapi ini terlalu mendadak. Lagipula kamu juga nggak diskusi dulu sama aku, aku setuju atau enggak dengan ide ini kamu juga nggak tanya. Tiba-tiba Papa kamu mengumumkan acara pernikahan kita gitu aja, memangnya kamu pikir aku ini apa?" Senggani yang marah tetap berusaha meredam suaranya agar tidak membuat semua orang di sana tahu pertengkaran mereka.

"Memangnya kamu nggak setuju kalau kita menikah? Kok kelihatannya kamu nggak suka?"

"Bukannya gitu, tapi ini terlalu mendadak. Kamu tahu kan menikah itu bukan hal kecil. Banyak yang harus dipertimbangkan, aku juga belum bicara sama keluargaku."

"Kamu tinggal bilang sama mereka kalo ada pria yang sangat mencintai kamu dan berniat menikahi kamu. Aku yakin mereka akan langsung setuju."

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang