Love In The Air

284 44 51
                                    

Senggani nggak ngerti kenapa Linera ngotot banget minta dia untuk ikut ke puncak hari ini, terlebih lagi yang bikin Gani nggak habis pikir adalah kalau Linera emang ingin liburan sama Rico calon suaminya kenapa harus ngajak-ngajak dia coba? Suruh jadi obat nyamuk apa? Dipikir nggak ganggu apa lihatin orang pacaran di jok depan, sementara dia cuma bisa gigitin kuku di jok belakang mobil sambil manyun 7 lapis.

Apa sih, maksudnya si cungkring Linera ini? Katanya mau ajak liburan supaya Senggani bisa refreshing dan melupakan masalahnya, tapi kalau begini caranya yang ada dia bukannya refreshing malah jadi tambah stress melototin dua orang pasangan di depannya itu saling mengumbar kata cinta dan berpegangan tangan. Mana jalanan menuju puncak kalau sedang weekend begini macet banget lagi, lama-lama Senggani bisa kena kanker hati kalau begini caranya. Linera... linera... ngerti situasi kek! Atau paling nggak hormati orang lain yang ada dalam mobil itu selain kalian berdua donk. Aaarrrggghhh bikin dongkol aja!

"Ehem... sebenarnya kita mau ke mana sih? Macet gini tuh, balik aja deh.." Senggani tiba-tiba bersuara membuat Rico yang hendak mencium punggung tangan Linera menjadi urung dilakukannya.

"Kok balik sih? Tanggung tuh, bentar lagi juga udah nyampe. Lagian kalo kita balik lagi, pasti kena macet juga. Mending terusin aja sampai tujuan, sabar." Semprot Linera gemas.

"Gue masih ngantuk nih," keluh Senggani sambil menguap lebar.

Gimana nggak ngantuk? Pagi-pagi buta Linera sudah stand by di depan rumahnya untuk mengajaknya ke puncak secara dadakan. Dengan kondisi masih syok, Senggani berusaha menolak dengan memberikan berbagai alasan yang bisa membuat Linera pergi saja berdua dengan Rico. Tapi bukan Linera namanya kalau dia menyerah begitu saja, dia nggak terima alasan dan penolakan apapun. Pokoknya Senggani harus ikut dengannya ke puncak. Titik. Nggak boleh menolak.

Apalagi saat Mamanya malah ikut-ikutan berkonspirasi dengan Linera untuk membawa Senggani liburan sekarang, dari pada di rumah cuma cemberut katanya. Jadilah Senggani di sini, berada di dalam mobil Rico bersama Linera menuju ke puncak untuk yang katanya refreshing itu.

"Jangan manyun terus dong. Smile, smile. Entar juga kalau udah sampe pasti senyum-senyum sendiri." Sindir Linera yang sedang bercermin menambahkan lipgloss di bibirnya.

"Senyum-senyum sendiri? Maksudnya?"

"Lihat aja nanti, pokoknya liburan kali ini nggak akan bisa terlupakan. Iya kan sayang?" tanyanya pada Rico yang masih fokus menyetir.

"Iya, Gan, percaya deh sama kita. Kita akan bawa lo liburan seru hari ini." Jawab Rico sama misteriusnya.

Senggani hanya menggeleng-gelengkan kepala saja, kedua sejoli ini nampaknya memang sudah cocok lahir batin. Kompak banget bikin penasarannya.

Setelah melalui kemacetan yang parahnya ampun-ampunan, akhirnya mereka sampai di lokasi yang terlihat sangat ramai pengunjung. Senggani melotot sampai nyaris keluar bola matanya saat melihat dari kejauhan beberapa orang sedang mencoba olahraga Paralayang yang menurutnya ekstrem itu.

"Welcome to Bukit Gantole!" seru Linera yang nampak bersemangat sekali.

"Lin, jangan bilang kalau liburan yang tak terlupakan itu kita nyoba naik Paralayang?" tanya Gani minta penjelasan.

"Iya, kok tahu kalau kita mau nyoba Paralayang? Asik kan," serunya lagi tanpa dosa.

Sudah gila Linera dirasanya, dia kan tahu kalau Senggani takut ketinggian. Dan sekarang mereka akan terbang hanya dengan bermodal parasut begitu? Nih anak otaknya di mana sih?

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang