Between Sunset And Sunrise

260 31 37
                                    

Sejak kejadian itu, Galuh absen dari kegiatan Dharmapala. Ini sudah yang kedua kalinya gadis berwajah tegas itu tidak ikut serta dalam pelatihan rafting kali ini, sebelumnya saat latihan rutin wall climbing tiga hari lalu Galuh juga tak terlihat hadir diantara anggota Dharmapala lainnya. Tidak juga memberi kabar atau alasan kenapa dia absen dalam latihan rutin itu, Mahesa bisa mengerti, mungkin menghilangnya Galuh untuk menenangkan diri sejenak atau malah Galuh berusaha menghindarinya dan tidak mau bertemu dengannya lagi.

Tapi, tidak adanya Galuh bukan berarti acara rafting kali ini kurang seru, karena Senggani ada bersama anggota lainnya untuk ikut belajar bermain rafting. Akhirnya, gadis itu seperti ketagihan juga olahraga alam seperti ini. Tiga hari yang lalu juga, dia datang untuk belajar tentang wall climbing dan Mahesa dengan senang hati mengajarinya. Walaupun belum paham benar, tapi semangat belajar dan rasa ingin tahunya sangat besar sehingga membuat Senggani gampang berbaur dengan anggota lainnya yang sama-sama masih perlu banyak belajar dan latihan lagi.

Senggani tahu dia sekarang berada dalam masalah besar. Dia sadar betul dengan apa yang dia lakukan saat ini, dia semakin membiarkan dirinya dijangkiti virus-virus Mahesa yang semakin lama akan semakin menggerogoti hati dan pikirannya. Mau diapakan lagi? Dia sendiri tak kuasa mengendalikan gejolak bahagia yang dia rasakan saat berdekatan dengan Mahesa, Senggani tak kuasa menolak semua pesona yang dimiliki cowok gondrong itu. Di matanya kini, Mahesa memiliki sejuta pesona yang tidak dipunyai oleh semua cowok.

Selain tampan, dia juga berkharisma, rendah hati, tulus, berjiwa sosial tinggi, penyayang dan masih banyak pesona lain yang tersembunyi. Sekarang, Senggani bahkan sudah tidak mau memusingkan lagi soal masa lalu kelam yang pernah Mahesa alami. Anggap saja, itu semua hanya efek kenakalan masa muda. Toh, kita semua pernah punya masa lalu, semua manusia pasti punya masa kelam dalam hidupnya. Jadi kenapa harus menjugde satu orang manusia yang sedang berusaha memperbaiki dirinya di masa sekarang untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi? Begitu pembelaannya.

“Nggak baik lho ngelamun di tepi sungai begini.” tiba-tiba Mahesa sudah ada di depannya.

“Sudah mau mulai?” Senggani langsung memakai helm raftingnya dan berdiri.

“Sebentar lagi, sekarang kita kumpul dulu untuk mendengarkan intruksi dan berdoa. Semangat banget kelihatannya?”

“Iya dong, aku sudah nggak sabar ingin coba rafting. Kayaknya sih seru, meskipun ini baru yang pertama kalinya.”

“Duh, yang ketagihan…” godanya jahil. “Apa kubilang, gaul sama anak-anak Dharmapala nggak akan menyesal kan? Dari paralayang, wall climbing sampai rafting. Jangan-jangan nanti diving sampai hiking kamu jabanin nih kayaknya.”

Senggani tersenyum mengiyakan ucapan Mahesa tadi. “Maybe, but will see,

“Asik, berarti nanti kalau kamu diajak lagi mau ikut kan?” tantangnya.

“Boleh, siapa takut.” jawabnya pongah.

Keduanya tertawa gembira, menikmati waktu berdua. tanpa disadari, Jamal yang kala itu menyempatkan diri ikut dalam kegiatan kali ini terus memperhatikan gerak gerik keduanya sambil geleng-geleng kepala.

“Kenapa, Mal?” tanya Danang yang sedang sibuk memompa perahu karet yang akan mereka gunakan untuk rafting. Rupanya, walaupun dia sibuk memompa perahu, matanya jeli melihat sekitar.

“Gue khawatir sama teman kita,” jawab Jamal tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

Danang mengalihkan pandangan pada objek yang dilihat Jamal. “Memangnya kita bisa apa? Udahlah, biarin aja.”

“Kok dibiarin sih, Nang? Loe mau Mahesa seperti dulu lagi? Loe nggak tahu kalau cewek itu pacarnya Mahendra?!” Jamal berkacak pinggang dan sudah menatap tajam ke arah Danang.

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang