Unexpected Thing

236 24 14
                                    

Bel berbunyi saat Gani akan mengisi ulang air dalam gelasnya, dengan tidak menaruh curiga sedikitpun Senggani membuka pintunya dan mendapati sosok yang begitu tidak ingin dia lihat itu berdiri di depannya. Refleks Gani menutup pintu namun terjegal sepatu Mahesa yang sengaja cowok itu gunakan untuk menghalangi usaha Gani menghindarinya.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Senggani yang panik karena Mahesa sudah melangkah masuk ke dalam.

"Aku ke sini mencari kamu, kenapa kamu pergi dari Karimun gitu aja? dan kenapa kamu bohong dengan bilang kalau kamu ke Banyuwangi?" cecar Mahesa.

"Memangnya apa urusan kamu? Aku masih di Karimun atau enggak memangnya kamu peduli?" Senggani menyalak, "yang kamu pedulikan cuma istri sama anak kamu aja kan?"

"Kamu ngerti nggak sih situasinya gimana? Masih aja egois," timpal Mahesa lagi.

"Aku egois itu juga karena kamu!" dada Senggani turun naik saking emosinya. "Kamu tahu nggak sih gimana hancurnya perasaanku begitu dengar kalau kamu mau menikah dengan Lara?" air mata Senggani mulai berproduksi.

"Gani..." Mahesa maju untuk lebih dekat dengan gadis itu tapi Gani malah mundur dan terus menghindarinya.

"Aku yang bodoh karena sudah lebih memilih kamu dibanding Hendra. Tadinya aku pikir kamu laki-laki baik, kamu lebih baik dalam segala hal dibanding Hendra sampai akhirnya aku jatuh cinta sama kamu. Tapi ternyata aku salah, Hendra nyatanya jauh lebih baik dari kamu."

"Jangan pernah bandingkan aku sama dia!" hardik Mahesa dengan lantang seolah tak suka dengan ucapan Gani.

"Kenapa? Memang itu kenyataannya, sekarang aku menyesal meninggalkan Hendra demi kamu. Setidaknya Hendra nggak pernah nyakitin hatiku, aku selalu nomer satu untuk dia," cerocos Senggani lagi.

Tak tahan mendengar mana Hendra terus disebut, Mahesa menangkap kedua bahu Gani dan mencengkeramnya kuat. "Jangan pernah bandingkan aku sama dia!" sergahnya dengan mata yang tajam. "ini tentang kita, jangan sangkutkan nama orang lain di sini!" hardiknya dengan dada yang naik turun.

"Apa saat nama Lara ada di antara kita kamu peduli dengan perasaanku? Sebenarnya yang egois itu kamu atau aku? Menyesal aku sudah meninggalkan Hendra demi orang seperti kamu," Senggani terus saja memprovokasi emosi Mahesa. Dia tidak ingin diam. Dia sudah terlanjur dibuat kecewa oleh Mahesa, hingga dia terus memancing emosi lelaki itu agar membuatnya pergi dari sana.

"Cukup aku bilang! Aku nggak mau dengar lagi nama itu kamu sebut," bentak Mahesa sekali lagi.

"Apa karena kamu merasa nggak sebanding dengan Hendra? Tapi emang benar sih, kamu nggak ada apa-apanya dibanding dia. Setidaknya Hendra nggak brengsek kayak kamu, dia..." ucapan Senggani terpenggal di tengah-tengah karena Mahesa membungkamnya tiba-tiba.

Mata Gani terbelalak dan tubuhnya gemetar. Dia masih tak menyangka Mahesa akan membungkamnya dengan cara seperti itu. Mahesa memagutnya di tengah keheningan sekitar, Senggani terbuai oleh setiap sentuhan lembut lelaki itu di wajah dan bibirnya, hingga akhirnya Senggani berani membalas apa yang Mahesa lakukan terhadapnya. Keduanya terlena beberapa saat menikmati atmosfer romantis di sekeliling mereka, sampai Mahesa tiba-tiba mengakhiri semuanya.

Mahesa menatapnya sebentar seolah kaget dengan kejadian barusan. "Maaf, aku nggak bermaksud..." dia berbalik membelakangi Senggani.

"Maksud kamu?" tanya Gani yang masih termangu di tempat, dia berusaha menetralkan detakkan jantungnya yang menggila beberapa saat lalu.

"Tadi itu kesalahan, lupakan aja. Anggap aja itu nggak pernah terjadi," ucap Mahesa seolah linglung.

"Apa kamu bilang? Mahesa Barata kamu itu cium aku dan sekarang kamu suruh aku untuk lupakan?" Senggani berdiri di hadapan Mahesa dan menantang cowok itu.

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang