Hari ini adalah hari kepulangan tante Rahayu dari rumah sakit, Mahesa datang untuk menengok sekaligus membantu mamanya membereskan barang-barang. Begitu akan meraih pegangan pintu kamar VIP itu, telinganya mendengar suara papanya yang sedang sibuk bertelepon ria dengan koleganya.
“Iya saya lagi nggak di kantor. Istri saya pulang hari ini dari rumah sakit. Hendra juga hari ini maksa pulang dia, makanya saya nggak sempat ke kantor, ngurus dua pasien soalnya. Hahaha...” suara papanya begitu nyaring terdengar hingga keluar kamar.
“Sebetulnya Hendra masih kurang begitu sehat, cuma dia kan mau tunangan makanya dia mau pulang cepat. Supaya bisa ikut menyiapkan acara pertunangannya itu katanya, namanya orang tua ya ikut saja kemauan anak,” sambung papanya lagi.
Mendengar kata pertunangan membuat jantung Mahesa berdetak cepat, seperti sedang menaiki roller coaster yang menghantamkan tubuh dalam sekejap. Akhirnya niatan Hendra terlaksana juga, memiliki Senggani tinggal selangkah lagi baginya. Mahesa urung masuk, dia sekarang malah duduk termenung di kursi tunggu depan kamar VIP. Dia sudah kalah telak, bak permainan catur dia sudah di skak matt!
Pintu terbuka dan keluarlah sang papa yang hendak menengok kamar Hendra yang juga sedang bersiap pulang. Saat matanya membentur sosok anak tirinya itu, raut bahagia pak Sandjaya karena pertunangan putranya itu langsung sirna.
“Mau apa kamu ke mari?” tanyanya tajam.
Mahesa bangkit dan mensejajarkan tinggi. “Saya mau menemui Ibu kandung saya,” jawabnya tak kalah tajam.
Pak Sandjaya tersenyum sinis. “Jangan lupa orang yang kamu sebut Ibu kandung itu masih istri sah saya,” ucapnya lagi.
Mahesa yang kalah berdebat hanya bisa diam sambil terus menatap mata papanya seolah menantang, sampai bi Umi asisten rumah tangga mereka memanggil Mahesa.
“Mas Mahesa, dipanggil Ibu suruh masuk,” ucapnya.
Tak mau memperpanjang urusan, Mahesa melangkah masuk ke dalam kamar meninggalkan papanya yang masih berdiri mematung di tempat.
🍁🍁🍁
“Apa yang belum selesai, Ma?” tanya Mahesa begitu masuk dan mendapati mamanya sudah ada di kursi roda dibantu bi Umi yang sedang membereskan barang-barang.
“Nggak ada, sudah beres semua kok sama bi Umi. Kamu ke sini untuk antar Mama pulang atau karena ada hal lain?” tanya sang mama.
Mahesa berjongkok dan menggenggam tangan mamanya. “Kalo Mama izinkan, aku mau ke Tambora. Aku mau napak tilas jejak Ayah. Setelahnya aku mau ke Jepara untuk ziarah ke makam Ayah, Ma.”
Mamanya menatap lekat Mahesa lalu dengan isyarat mata menyuruh bi Umi keluar agar tak mengganggu pembicaraan pribadi antara mereka.
“Untuk apa kamu pergi ke sana?” tanya mamanya yang mulai bicara setelah memastikan asistennya itu pergi.
“Kalau di masa lalu Ayah gagal menjalankan misinya mendaki sampai puncak Tambora, biar misi itu aku yang selesaikan. Sebagai anak aku harus ziarah ke makamnya Ayah, sebagai wujud baktiku yang belum pernah aku lakukan. Aku minta restu dari Mama semoga perjalananku kali ini berhasil,” ucapnya sambil bersimpuh mencium tangan mamanya.
Ibu Rahayu tak kuasa menahan tangisnya, dikecupnya puncak kepala sang putra dan dielusnya punggung kokoh itu sebagai bentuk restunya atas niatan sang anak.
“Kapan kamu berangkat?”
“Besok pagi, Ma.”
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love to Him (Belum Revisi)
RomanceTop rank #1 pendaki (September 2019) #1 lingkungan (September 2019) #1 jalan-jalan (September 2019) #1 global warming (September 2019) #1 gondrong (September 2019) #1 backpacker (September 2019) Mencintai seseorang yang telah melabuhkan hatiny...