Hati Yang Merindu

227 27 16
                                    

Satu jam kemudian, Senggani turun ke lobby untuk menemui Hendra yang sudah setia menunggunya di sana. Begitu turun, Senggani disambut oleh buket bunga mawar merah yang kelopaknya besar-besar. Entah berapa harganya, yang jelas pasti mahal.

"This is for you, gorgeous." Ucapnya lembut.

"Thanks..." Senggani rada setengah hati menerimanya. Bukan apa-apa, buket bunga segede gini mau dibawa ke café tempat mereka akan dinner kayaknya terlalu berlebihan deh. Lagipula, di kamarnya sudah ada satu buket bunga lily putih yang Hendra kirimkan untuknya pagi tadi. Kalau setiap moment Hendra selalu memberikannya bunga, lama-lama kamar hotelnya akan menjadi kebun bunga.

Dengan menumpang taksi, mereka menuju salah satu café n resto milik teman lama Hendra yang berkewarganegaraan Jerman. Namanya Ethan, dia sudah bermukim di Bali hampir 4 tahun dan membuka usaha café n resto di Legian bersama kekasihnya yang orang asli Bali. Begitu sampai, kesan pertama yang Senggani lihat adalah romatis. Desain café ini terlihat begitu romantis dan hangat dengan nuansa merah muda yang mendominasi warna di café ini membuatnya begitu dipenuhi aura cinta. Tak heran bila kebanyakan pengunjung café ini adalah couple. Senggani melangkah dengan ragu-ragu, suasana seromantis ini malah membuatnya jadi kurang nyaman.

Mereka menuju meja yang telah dipesan sebelumnya, meja itu letaknya paling depan di dekat stage café yang biasa mempertunjukan nyanyian romantis dari para pengisi acara untuk menghibur para pengunjung yang sedang berbunga-bunga itu. Seperti biasa, sebelum kekasihnya itu duduk, Hendra menarikkan kursi untuk Senggani baru setelah itu dia duduk di hadapannya. Sebelum tangan Hendra melambai memanggil waitress untuk memesan makanan, seorang pria bule dengan rambut kecokelatan menghampiri meja mereka. Hendra terlihat akrab dengan pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Ethan itu. Pria yang murah senyum itu tak segan memuji Senggani yang cantik dan membuat Senggani jadi tersanjung dibuatnya.

Pria tinggi semampai itu pun menawarkan diri untuk memasak khusus untuk mereka berdua, yang disambut baik oleh Hendra. Ethan memang hobi memasak sejak kecil, dan masakannya tak kalah nikmat dari masakan seorang chef bintang lima. Pria dengan bahasa Indonesia nya yang masih berlogat Jerman itu pun merendah dan mengatakan kalau dia masih harus banyak belajar lagi tentang memasak.

"Dia teman kuliahku waktu di Jerman. Kami kenal dan jadi teman. Apalagi saat tahu kalau dia sedang merintis usaha café di Bali, kami makin akrab karena kalau aku sedang liburan aku pasti ke mari." Terang Hendra menceritakan bagaimana mulanya dia bisa berteman dengan Ethan si bule Jerman itu.

"Pantas kamu ajak aku ke sini," sindir Senggani.

Hendra tersenyum malu. "Aku mau kamu mulai berkenalan dengan teman-temanku, berkenalan dengan bisnis dan duniaku. Jadi saat nanti kita berdua menikah, kamu nggak kaget lagi."

Mendengar Hendra menyinggung soal pernikahan lagi membuat Senggani membelalakkan matanya.

Tak butuh menunggu lama sampai makanan datang, sekarang di atas meja berhias lilin cantik dan sekuntum bunga mawar itu terdapat makanan yang begitu menggugah selera. Sambil menikmati makan malamnya, mereka sesekali mengobrol akrab. Dan suasana menjadi sangat terasa hangat manakala Ethan dan pacarnya Kadek ikut bergabung di meja mereka untuk berbincang hangat sambil mendengarkan lantunan suara merdu dari seorang penyanyi wanita yang membawakan lagu Just the way you are milik Bruno Mars.

Lagu Mas Bruno sudah selesai, sekarang saatnya yang dinantikan para pengunjung adalah sesi sumbang lagu. Setiap pengunjung di café cinta itu boleh menyumbangkan satu atau dua buah lagu yang ingin mereka nyanyikan, bisa juga request lagu favorit untuk dibawakan oleh penyanyi café jika dirasa suara mereka tak cukup bagus untuk diperdengarkan.

Seorang laki-laki di meja paling ujung mengangkat tangan, rupanya dia cukup percaya diri untuk menyanyi di depan. Dia menggandeng pacarnya yang tampak malu-malu, setelah berada di panggung semua orang bertepuk tangan ada juga yang bersiul memberi semangat. Pria itu menyanyikan lagu Yellow milik Coldplay untuk dipersembahkan kepada sang pacar yang pipinya sudah merona merah itu. Semua pengunjung ikut bernyanyi membantu si pria di depan sana yang ternyata terserang demam panggung sehingga dia lupa liriknya. Melihat Ethan yang menggenggam erat tangan Kadek kekasihnya, seketika Hendra melakukan hal sama terhadap Senggani yang membuat gadis itu tersedak saat minum karena saking kagetnya.

A Love to Him (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang