Gara-Gara Sepeda - 2

631 136 34
                                    

Setelah berhasil meyakinkan Alden dan Papahnya, akhirnya Osi pergi ke sekolah menggunakan sepeda yang kemarin. Sebelumnya Alden sedikit was-was pasalnya Osi hanya pernah ke sekolah barunya satu kali, Alden takut Osi lupa jalan dan nanti malah madol ke warnet depan gerbang.

Pasalnya Osi ini suka melakukan hal-hal di luar dugaan, seperti madol ke warnet untuk ikut turnamen Point Blank waktu itu, Alden benar-benar tidak habis pikir bagaimana mungkin adik perempuanya bisa kecanduan game online seperti itu. Tapi syukurlah, saat itu Osi menang dan berhasil membawa uang tunai 500ribu, yang mana setengahnya ia berikan ke Alden untuk membeli Panci keluaran terbaru.

Ya, Alden memang suka memasak dan mengoleksi peralatan rumah tangga lainnya. Sangat berbanding terbalik bukan, dengan hobi adik perempuannya?

Kembali lagi pada permasalahan sebelumnya, akhirnya Alden memberi izin pada Osi untuk mengendarai sepedanya, dengan syarat jika ia nyasar ia harus segera menelpon Alden.

"Iya...Iya... aku tuh udah kaya mau pergi merantau aja sih, sampe banyak banget pesan dan kesannya" Racau Osi sambil cemberut menatap Alden dan papahnya.

"Masalahnya, kalau kamu hilang nanti kita sedih. Harus cari yang modelan kaya kamu dimana lagi coba?"

"Ya Ampun pah lebay banget deh, udah kaya sekolahnya di Ukraina aja!"

"Apalagi kalo sekolahnya di Ukraina, Papah gak akan kasih kamu naik sepeda. Keburu lulus di jalan nanti"

Osi menanggapi candaan  papahnya dengan tawa hambar, sekedar menghormati lelucon kacangan yang baru saja dilontarkan oleh papahnya. Setelah itu, Osi berpamitan pada keduanya, sembari memberikan flying kiss ala-ala untuk menggantikan cium tangan yang tidak bisa ia lakukan. Ya, baik Alden ataupun papahnya sudah mengerti, bahwa semenjak hari itu, Osi tidak pernah suka bersentuhan dengan siapa pun.

****

Meskipun ini masih bisa di bilang sangat pagi, tapi jalanan sudah begitu ramai. Mayoritas di penuhi oleh pekerja yang ingin berangkat ke kantor, dan anak-anak sekolah. Sebagian lain hanya mampir di kedai-kedai pinggir jalan, untuk sekedar membeli sarapan. Osi tersenyum mengamati keadaan sekitarnya, sambil terus menggowes pedal-pedal sepedahnya dengan kecepatan rata-rata.

Namun ia sedikit cemberut saat melihat lututnya yang luka, akibat insiden jatuh yang mengenaskan kemarin. Lalu di perburuk dengan rantai sepedanya yang tiba-tiba putus. 

'Sialan' Osi tidak henti-hentinya mengumpat, saat mengetahui kesialan yang baru saja menimpanya. 

Setelah kemarin di tubruk oleh pengendara skateboard yang ugal-ugalan, lalu sekarang rantainya putus di pertengahan jalan. Agaknya dunia tidak begitu senang, melihat senyum merekah milik Osi, pasalnya baru saja gadis itu merasa bahagia berada di tengah-tengah kesibukan pagi hari, sekarang sudah merasa kesal minta ampun. Boro-boro tersenyum, justru sekarang bibirnya sudah 100% melengkung kebawah.

Yang menyebalkannya lagi, Osi sudah di pertengahan jalan. Mau pulang kerumah sudah kepalang tanggung, mau kesekolah pun masih lumayan jauh. Dan mendorong sepeda sampai kesekolah jelas bukan ide yang bagus. 

Osi menarik napasnya dalam-dalam setelah puas menggerutu pada keadaan. Ia memutuskan menepi di halte busway untuk menelpon Alden.

Panggilannya tidak kunjung diangkat, sekali lagi Osi cemberut sambil memaki keadaan.

"Nyebelin banget sih!!!" Omelnya pada ponsel yang ia genggam, seolah-olah tengah memarahi Alden yang tak kunjung mengangkat panggilannya. Sampai akhirnya gadis itu menyadari, bahwa lelaki yang sejak tadi berdiri menunggu busway tengah menatapnya.

"Apa lo liat-liat?" Tegur Osi galak. Meski Osi akui bahwa lelaki itu sangat tampan. Tapi moodnya benar-benar tidak bagus untuk bersikap lemah lembut dan tebar pesona.

HELLEAVEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang