Selepas acara pesta, Sadev meminta izin pada Alden untuk mengajak Osi berjalan-jalan sebentar, tentu saja dengan Alfa. Dan dengan berat hati Alden mengizinkan mereka untuk pergi.
"Jangan kemalem pulangnya, atau gue jadiin sop buntut lo semua nanti pagi"
"Bawel" Osi mendecak dari balik jendala mobil Sadev "Bye Alden..... selamat menikmati kesepian dirumah, happy birthday, i hate u.. muach"
"Cah gendeng"
"Tenang aja, jam 12 teng gue anterin kerumah" sahut Sadev
"Gak nyampe jam 12 ya Dev!"
"Yaudah jam 11.45 deh?"
"Gak ada!"
"Jam 11.40, gimana? deal?"
"Osi mending lo turun deh sekarang!"
"Yaudah yaudah jam seb---"
"Jam 10!"
"Den, ini aja udah jam 9!" Sentak Osi kesal
"Jam 10 dirumah, atau lo turun sekarang"
"Ribet banget abang lo, kaya kita mau ngapai-ngapain aja" keluh Alfa pada Osi namun dengan suaran yang kencang
"Gue denger ya Fa"
"Bagus deh... udahlah ayo buruan jalan keburu malem!"
"Pokoknya kalo jam 10 belom dirumah gue demo nanti rumah lo"
Alfa memutar matanya malas mendengar itu, sedangkan Sadev hanya terkikik geli lalu memutar kunci mobilnya. Sampai mobil itu berlalu meninggal Alden yang tengah bersandar sendirian di parkiran,
****
"Pasar malem?" Tanya Alfa setelah mereka sampai di tujuan.
Memang sebelumnta Sadev tidak bilang kemana ia akan membawa dirinya dan Osi, dia bilang hanya cari angin saja di luar, namun Alfa sama sekali tidak menyangka kalau mereka akan kepasar malam.
"Iya, kenapa? Keren kan ide gue?"
"Apaan sih Dev, mau ngapain coba kesini? Kaya anak kecil tau gak sih" protes Alfa
"No!!!!! Ini adalah ide Sadev paling cemerlang, tumben otak lo waras. Ayoooo lets go kita turun" dengan bersemangat Osi segera turun dari mobil, bahkan dia sudah berjalan dengan riang menuju salah satu arena permainan.
Namun tidak dengan Alfa, ia masih terpaku di tempatnya, menatap malas pada pernak pernik lampu yang menghiasi pasar ini
"Lo aja sama Osi, gue tunggu sini" ucap Alfa pelan, membuat aktivitas Sadev yang semula membuka seatbelt terhenti.
"Alfa kita cuma---"
"Dev gue gak suka main-main kaya gituan, udah lo aja"
"Lo bohong." Kini Sadev menatap lekat pada adiknya yang masih memasang wajah sedatar mungkin. "Dulu lo paling seneng kalo bunda ngajak kita ke pasar malem. Lo seneng naik komidi puter, lo seneng naik kuda-kudaan, lo seneng makan permen kapas, popcorn, es----"
"Dan lo selalu takut masuk kerumah hantu"
Mereka berdua terkekeh pelan, meningat kilatan masa lalu mereka, memang tidak bisa di pungkiri, seberapa-besar pun mereka saling membenci dulu, faktanya mereka masih saling mengingat hal-hal paling bahagia dalam hidup mereka.
".... jadi mau gak lo sedikit bernostalgia bersama?meskipun tanpa bunda lo.. maksud gue meskipun tanpa bunda, bunda kita"
Pada akhirnya tanpa berpikir panjang, Alfa langsung melepas seatbeltnya dan beranjak keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEAVEN [COMPLETED]
Подростковая литератураOiris Salden Iswara selalu merasa hidupnya dipenuhi dengan kesialan, terlebih setelah ia mengetahui satu hal; ia bisa melihat dosa manusia hanya lewat sentuhan. Namun memutuskan pindah kerumah baru hanya menambah beban sialnya semakin besar, seperti...