"Alfa? Di neraka hahahaha"
"Jangan main main sama gue! Dimana Alfa??"
"Terlambat sayang. Lo yang lebih dulu ngajak gue bermain-main. Jadi sekarang, lets play the game!"
Osi berteriak sekeras mungkin, memaki siapapun yang berada di telpon itu, namun sia-sia. Sambungan sudah lebih dulu terputus.
Osi sangat panik, ia takut sekarang. Dalam keadaan gelap ia mencoba menjangkau sudut-sudut rumahnya untuk bersembunyi, ia tahu bajingan di telpon itu pasti akan segera datang.
Dan benar saja, detik setelahnya ia mendenger suat pintu rumahnya yang terbuka perlahan.
Jantumg Osi serasa ingin pindah keperut, tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam lemari tempat penyimpanan barang, tidak terlalu besar tapi setidaknya cukup untuk bersembunyi.
"Osi...... lo dimana?" Suara itu persis dengan suara laki-laki di telpon barusan. Osi menutup mulutnya, ia benar-benar gemetar.
"Osi... lo suka banget sih ngajak gue main-main kaya gini hahaha" Tawa yang sangat menyeramkan. Osi berdoa dalam hati semoga Alden segera pulang dan menyelamatkannya.
"Osi, gue itung sampe 3 ya! Kalo gak keluar juga, jangan salahin gue kalo Alfa lo kenapa-napa!"
"Satu..."
"Dua..."
"Ti...."
Tiba-tiba suara ponsel Osi berdering. Beruntung Osi tidak membawa ponsel itu bersamanya, kalau tidak sudah pasti ia ketahuan. Sekilas Osi mendengar lelaki itu mengumpat kesal.
"Osi yang pintar!" Keluhnya, lalu ia melanjutnya mencari gadis itu di lantai dua, Osi tau itu, sebab Osi mendengar langkah kakinya.
Dan saat Osi merasa suara itu semakin jauh, Osi segera membuka tempat persembunyianya. Tapi ia begitu terkejut, karna saat ia hendak keluar, sebilah pisau tepat berhenti di depan lehernya.
"Lo pikir gue sebodoh itu, Osi?"
Osi menahan napasnya, melihat pisau tajam yang sangat mengancam ini, ia ingin sekalu menangis dan berteriak sekarang.
"Silahkan teriak, kalo lo mau pisau ini mendarat di leher lo" Suaranya begitu tenang, namun sangat mengerikan.
Lalu detik berikutnya, listrik dirumahnya kembali menyala. Membuat Osi bisa melihat lelaki ini dengan jelas.
Hans. Tengah menyeringai mendapati wajah ketakutan milik Osi.
"Hans??"
"Jangan terkejut begitu Osi, gue tau lo lebih dulu tau gue ini orang seperti apa"
"Hans... gue minta maaf kalo gue salah."
"Sebenernya keselahan lo cuma satu, tapi sangat fatal. Lo tau gue ini psycho"
"Gue gak akan kasih tau siapa pun, gue mohon!"
"Sayangnya gue gak percaya sama siapapun di dunia ini. Jadi maaf, gue harus beresin semua malam ini" ucap Hans tanpa ekspresi sama sekali, kelewat dingin dan menyeramkan. "Tapi, gue gak ingin ini berakhir dengan mudah. Karna gue punya cara yang lebih seru, di tambah dengan bergabungnya Alfa. Hahahaha. Makasih ya Osi lo udah ngadu tentang gue ke Alfa, jadi malem ini, gue punya korban lebih dari satu. Benar-benar menyenangkan."
Osi tidak ingin menangis, metintih ataupun memohon lagi, karna ia sadar hal-hal seperti ini lah yang membuat Psycho merasa senang dan puas. Sebisa mungkin ia berusaha tenang mengikuti permainan Hans, meskipuna hatinya sangat takut sekali.
"Kalo begitu, ayo kita mulai permainannya"
"Wow... keberanian lo semakin buat gue tertantang" Hans menyeringai puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEAVEN [COMPLETED]
Teen FictionOiris Salden Iswara selalu merasa hidupnya dipenuhi dengan kesialan, terlebih setelah ia mengetahui satu hal; ia bisa melihat dosa manusia hanya lewat sentuhan. Namun memutuskan pindah kerumah baru hanya menambah beban sialnya semakin besar, seperti...