Siapa Yang Paling Terluka?

294 92 19
                                    

Sepulang dari pemakaman, Osi masih setia menemani Alfa, alasannya masih sama. Ia tidak ingin membiarkan Alfa sendiri. Pasalnya sejak semalam di rumah sakit sampai detik ini, tidak ada satupun keluarganya yang datang untuk sekedar menemani.

Dan yang paling membuat Osi bersikeras menemani Alfa saat ini adalah, saat malam itu Alfa membawa bundanya sendiri sambil berlari, seperti Alfa benar-benar tidak memiliki keluarga lain selain bundanya, itu mengingatkan Osi pada dirinya 10tahun lalu, dimana tidak ada satupun keluarga yang berada disisinya dalam keadaan paling buruk.

Menyedihkan.

Osi tidak ingin Alfa merasa seperti itu.

Lagi pula ia sudah minta izin saat di pemakaman pada Alden dan juga bu Nadin wali kelasnya, untuk menemani Alfa satu hari ini.

Dan mereka setuju.

Sesampainya dirumah Alfa, Osi cukup terkejut, rumahnya lumayan besar, atau bisa di bilang sangat besar, ada beberapa mobil dan motor yang terpakir di halaman rumah. Tapi anehnya kenapa Alfa tidak mengantar bundanya malam itu dengan kendaraan ini?

Malas berpikir lebih jauh, akhirnya pikiran itu Osi buang jauh-jauh.

Sepi.

Itulah kesan pertama yang Osi dapatkan saat masuk kedalam, sampai Alfa mengajaknya untuk duduk di ruang tamu.

"Rumah ini emang sepi. Biasanya ada bi Ijah, tapi kemarin sore dia izin pulang karna ada urusan." Jelas Alfa seolah bisa membaca pikiran Osi.

"Oh gituu" Osi mengangguk-angguk "Fa, gue boleh buatin loh teh anget?"

Alfa terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengiyakan.

"Dapurnya di sana" Alfa menunjuk ke arah dapur, lalu dengan sigap Osi menuju tempat yang Alfa tunjukan.

Sedangkan Alfa kembali memijat pelipisnya, kepalanya terasa berat sekali, mungkin karna ia tidak tidur semalaman, belum lagi matanya yang sembab karna menangis cukup lama di pelukan Osi tadi.

Ia menghela napas, meskipun rasanya masih sangat menyakitkan.

Ini benar-benar berat untuknya, sebab bunda adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki, setidaknya hanya bunda yang menganggap Alfa adalah bagian dari keluarga, dan sekarang bunda tidak ada lagi di sisinya.

Alfa tidak tahu bagaimana jadinya, jika saja malam itu Osi tidak ada untuk memeluknya, mungkin setelah mendengar perkataan Dr. Sean ia akan langsung menyusul bunda, entah dengan cara apa.

Ia terus melamun, memikirkan kemungkinan kemungkinan yang ada. Sampai suara pintu dan langkah kaki seseorang mengalihkan fokusnya.

"Dari mana lo?" Tanya Alfa setelah orang itu berjalan melaluinya dengan santai.

Itu Sadev.

"Bukan urusan lo!" sahut Sadev santai sambil tetap melangkah.

"Nyokap gue meninggal" ucap Alfa tanpa basa-basi, seketika membuat langkah Sadev terhenti, lalu menoleh sekilas pada Alfa di belakangnya.

"Oh...."

"Oh? Cuma Oh aja respon lo?"

"Terus lo mau gue gimana? Nangis meraung meraung sambil gali kuburannya? Gitu?"

"Keterlaluan! Lo itu harusnya sujud di makam nyokap gue dan minta maaf!"

"Maaf? Emangnya apa yang udah gue lakuin? Lo nganggap semua ini karna gue? Hah?"

Osi yang baru saja kembali dari dapur sangat terkejut dengan apa yang dia lihat sekarang, bagaimana Alfa dan Sadev saling melempar tatapan kebencian.

HELLEAVEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang