Ini adalah hari ketiga setelah kejadian itu. Alfa dan Sadev masih termenung dihadapan pusara ayahnya, selama tiga hari berturut-turut mereka berdua selalu datang kemari. keduanya tidak menyangkan kalau beginilah akhir dari segalanya.
Benar-benar akhir dari segalanya...
Mereka sudah lelah menangisi semua yang hilang dari hidup mereka, sampai rasanya airmata mereka sudah habis, kering dan tak bersisa.
Setiap hembusan nafas mereka, rasanya sungguh menyakitkan. Entah kejahatan apa yang telah mereka lakukan sampai-sampai mereka terus mendapatkan hukuman seperti ini.
Kehilangan....
Tidak tahu harus seberapa banyak lagi, Alfa dan Sadev merasakan kehilangan dalam hidupnya, sampai rasanya hati mereka pun sudah mati rasa, sebab terlalu banyak kesakitan yang menggerogoti sampai ke dasar yang paling dalam.
Alfa mendekatkan dirinya pada batu nisan bertuliskan nama ayahnya, ia mendekap nisan itu erat dengan tatapan kosong.
Seumur hidup, Alfa selalu ingin merasakan bagaimana rasanya dipeluk oleh ayah, tapi dia tidak menyangka, bahwa ayah justru memeluknya dalam keadaan seperti saat itu.
Pelukan pertama dan terkahir untuk Alfa...
Melihat adiknya yang begitu terpuruk, Sadev mengambil tempat lebih dekat, agar tangan besarnya mampu menjamah surai hitam adiknya itu..
"Fa... gue tau ini sangat berat... bahkan untuk gue. Tapi kita gak bisa selamanya terjebak dalam kesedihan, kan?"
Jika ditanya siapa kah yang paling merasa kehilangan setelah kejadian itu, sudah pasti itu Sadev.
Bagaimana tidak? Hampir setengah dari hidupnya ia lalui bersama ayah, apalagi semenjak mama pergi dari hidupnya, satu-satunya harapan yang ia punya hanyalan ayah. Meskipun ia tahu bahwa keburukan selalu menyertai ayahnya, ia tidak punya pilihan lain selalun tetap menyayanginnya.
Namun, Sadev tidak bisa memperlihatkan kesedihannya yang mendalam pada Alfa, ia tidak mau hal itu justru memperburuk keadaan.
Alfa harus bangkit, begitu juga dirinya. Tidak ada pilihan lain untuk mereka selain saling menguatkan.
"Dev, orang bilang gak ada kesedihan yang abadi.. tapi gue gak tau apakah kesedihan gue ini akan berakhir, atau enggak.."
"Memang ga ada yang abadi dunia ini Alfa, semua ini fana... begitu juga kesedihan lo, kesedihan gue..." Sadev tersenyum getir "meskipun lambat, tapi kesedihan ini akan berlalu"
"Kenapa ya, hal-hal seperti ini harus terjadi di hidup kita?"
"Karna kita kuat! Tuhan itu memberikan kita cobaan sesuai dengan porsinya. Mungkin, stock sabar kita lebih banyak dari orang lain, atau kekuatan kita dalam menghadapi setiap masalah lebih kuat dari orang lain.."
"Gue gak sekuat itu..... bahkan sejak awal gue denger dokter Sean bilang bunda udah gak bisa di selamatin, detik itu juga gue rasanya mau mati. Tapi kenapa sekarang gue di paksa merasakan kehilangan lagi, Dev?"
Sadev tidak punya jawaban untuk itu, ia hanya mengigit bibirnya, karna sejujurnya dia juga tidak sekuat itu, ia punya luka yang sama besar dengan milik Alfa...
"Tapi buktinya, saat itu lo berhasil lewati itu semua kan? Lo bisa balik ceria lagi?"
"Saat itu ada Osi di sisi gue, tapi sekarang......."
"Sekarang lo punya gue....." Sadev tidak kuasa menahan air matanya lagi, ia memeluk Alfa yang semakin terisak dalam tangisannya.
Alfa benar, saat itu satu-satunya yang membuat mereka sedikit waras hanyalah Osi, namun sekarang gadis itu benar-benar pergi dari hidup mereka, Alden bahkan tidak mengizinkan mereka menjenguk Osi di rumah sakit barang sebentar pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEAVEN [COMPLETED]
Teen FictionOiris Salden Iswara selalu merasa hidupnya dipenuhi dengan kesialan, terlebih setelah ia mengetahui satu hal; ia bisa melihat dosa manusia hanya lewat sentuhan. Namun memutuskan pindah kerumah baru hanya menambah beban sialnya semakin besar, seperti...