Bukan ini akhir yang Osi harapkan dalam kisahnya, setidaknya meskipun Alfa tidak mau membantunya, ia berharap lelaki itu masih bisa percaya atau paling tidak tetap ada disisinya, bukan justru pergi menjauh dan menganggapnya bagai orang asing.
Mungkin bagi Alfa meninggalkan Osi bukanlah hal yang sulit, hidupnya juga masih bisa berjalan normal meskipun tanpa gadis itu.
Namun bagi Osi ini adalah hal yang paling berat, bukan karna Alfa lah satu-satunya orang yang bisa membuatnya bebas berinteraksi dengan siapapun tanpa memikirkan dosa, melainkan Osi menyadari bahwa ia benar-benar mencintai lelaki itu.
Dan di anggap sebagai pendusta oleh orang yang kita cinta sungguh sangat menyakitkan.
Osi teringat, bagaimana awal pertemuan mereka yang konyol, sampai takdir yang begitu baik mempertemukan mereka lagi dalam satu kelas yang sama. Osi bersyukur bisa mengenal Alfa, yang mana membuat hari-harinya sangat berwarna. Saat bersama Alfa, Osi pernah menjadi perempuan yang paling bahagia, sekaligus yang paling menyedihkan.
Masih terekam jelas, bagaimana Alfa meninggalkannya begitu saja, lalu meminta pada Rio untuk pindah duduk di kursinya, bahkan setelah itu Alfa tidak lagi mau menatapnya.
Osi benar-benar sedih, ia bersumpah bahwa ia tidak berbohong. Ia melihat itu, bagaimana lelaki bertopeng itu memerintah pengawalnnya untuk membunuh orang tuanya.
Bahkan kenangan pahit itu kembali berputar-putar dalam memori Osi.....
"Bunda......." rintih Osi yang sudah tergeletak di lantai akibat pukulan keras pada punggungnya. Dalam kesakitan Osi kecil berusaha meraih jari jemari bundanya yang sama-sama tergeletak di lantai berlumuran darah..
"Osi sayang..... ssssttttt" bunda berbisik pelan sambil menatap Osi tersenyum, Osi tau bunda tengah kesakitan saat itu. Tapi bunda memberi isyarat padanya untuk tetap diam dan pura-pura tertidur.
Osi menangis, matanya terpejam sambil terus mengeluarkan air mata. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara gedebuk yang begitu kencang, di susul dengan jerit kesakitan bunda.
Sangat lama sampai akhirnya Osi sanggup untuk membuka matanya lagi. Orang-orang jahat itu sudah tidak ada, yang ada hanya bunda dan ayahnya yang sudah tergeletak tak bernyawa, juga Alden dengan pelipis yang luka dan tangisnya.
"Abang...."
"Osi tenang ya, kita berdoa semoga Tuhan kirim kita malaikat yang baik hati..."
Lalu berakhir dengan Alden yang mendekap Osi erat. Sangat erat.
****
Tidak terasa ternyata kesini kakinya membawa Osi melangkah, kerumah sakit jiwa dimana waktu itu ia bertemu dengan Sora..
Osi tidak tahu apa yang akan ia lakukan disini, sejak bel pulang berbunyi Osi langsung buru-buru melangkah keluar dan mencari taksi, sebelum Alden datang dan melihatnya pergi.
Osi hanya ingin bertemu dengan Sora, atau kalau dia beruntung dia bisa bertemu dengan Sunny, Osi berpikir mungkin saja kalau mereka bekerja sama, mereka akan cepat mendapatkan keadilan atas apa yang dulu mereka terima.
Namun saat sudah sampai di depan kamar Sora, Osi membatu. Benar. Sumny berada disana, tengah menyuapi Sora beberapa potongan apel.
Osi hanya diam mematung, sampai akhirnya lelaki itu menyadari kehadirannya.
"Lo? Cewek yang tempo hari kan?" Emosi Sunny mulai sedikit meluap tatkala ia melihat perempuam yang datang bersama Alfa kemarin. "Mau apa lo? Hah?"
"Cuma pengen liat keadaan Sora, boleh?" Sahut Osi dengan suara parau dan mata sembab, jelas saja ia menangis sesegukan selama di jalan, bahkan supir taksi tadi sampai khwatir padannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEAVEN [COMPLETED]
Teen FictionOiris Salden Iswara selalu merasa hidupnya dipenuhi dengan kesialan, terlebih setelah ia mengetahui satu hal; ia bisa melihat dosa manusia hanya lewat sentuhan. Namun memutuskan pindah kerumah baru hanya menambah beban sialnya semakin besar, seperti...