Jangan Nangis Alfa :)

416 114 22
                                    

Alfa membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati, ia tersenyum saat menemukan bundanya tengah memperhatikan langit malam dari balik jendela. Ia tahu sejak dulu bunda sangat menyukai langit malam, meskipun tidak selalu di penuhi dengan bintang.

Seperti malam ini, langit begitu sepi, hanya ada sinar bulan yang menyoroti bumi, itupun tidak terlalu terang, mungkin karna sebentar lagi akan hujan? Entah lah Alfa tidak terlalu memikirkan itu.

Ia melangkah perlahan, meraih kursi roda bundanya dan memutar kursi itu, hingga kini bukan lagi langit malam yang bundanya saksikan, melainkan senyum paling manis milik Alfa. Senyum yang sangat jarang di temukan pada wajah tampannya itu.

"Bunda, waktunya makan malam"

"Bunda sudah kenyang, kamu saja yang makan, bunda tetap disini" Kini Bundanya balas tersenyum.

"Gak mau, aku gak mau makan kalo bunda gak makan"

Tangan lemah milik bundanya kini terarah pada rambut lembut Alfa, mengelusnya dengan penuh kasih sayang.

"Jangan begitu Alfa, kalau bunda kesana nanti abang sama sama ayah jadi gak mau makan. Bunda sedih kalau abang sama ayah gak makan"

"Bunda..." tidak ada lagi senyum di wajahnya, Alfa meringis "Bunda, kapan abang sama ayah gak marah lagi sama bunda? Bunda—"

"Alfa sayang dengarkan bunda nak, bunda—"

"Alfa cuma pengen keluarga ini bahagia bunda. Ayah, bunda, abang, Alfa kita semuanya bahagia, Alfa cuma pengen itu bunda"

Alfa mencoba menahan air matanya, namun semuanya sia-sia saat bunda membawanya kedalam dekapan. Alfa menangis dalam diam, merasakan kehangatan lewat pelukan itu, hatinya diam-diam berharap, suatu hari nanti semuanya akan berubah. Yaa, semoga saja.

"Nanti Alfa bawain makanan untuk bunda kesini ya"

"Makasih ya sayang"

Alfa menghapus sisa-sisa air matanya, lalu beranjak menuju meja makan,

Disana ia hanya mendapati ayahnya yang tengah menatap kosong pada piring hadapannya, mata Alfa mengitari seluruh ruangan, mencari-cari dimana keberadaan abangnya.

"Ayah.. abang kemana?" Tanya Alfa hati-hati, namun ayahnya sama sekali tidak bergeming.

Hening.

Yang terdenger hanyalah suara Bi Ijah yang tengah menyiapkan makanan di atas meja. Hingga suara berat ayah terdengar mendominasi ruangan

"Sadev kemana bi?"

"Anu tuan, tadi saya sudah panggil Den Sadev. Tapi katanya dia gak mau makan tuan"

"Kenapa gak mau makan?"

"Saya kurang tau tuan, maaf"

"Ayah biar aku panggil abang" Alfa hendak berdiri, namun Ayahnya lebih dulu melakukan hal itu, lalu beranjak menuju kamar Sadev tanpa menghiraukan Alfa.

Alfa mendesah pelan, sebelum akhirnya tersenyum pada bibi.

"Bibi, Alfa boleh minta tolong?"

"Iya den, ada apa?"

"Tolong antar makanan untuk bunda, pastikan bunda makan semuanya ya bi"

"baik den"

Tidak lama kemudian Ayah kembali keluar dari kamar Sadev, di susul Sadev di belakangnya, dari jauh Sadev sudah melayangkan tatapan mematikan untuk Alfa, yang membua Alfa menunduk dalam.

Suasana makan malam kali ini terasa lebih mencekam dari biasanya, setiap detingan piring dan sendok yang beradu bagaikan suara lonceng kematian. Terlebih untuk Alfa, yang terus di tatap dengan pandangan tidak suka oleh abangnya sendiri, Sadev.

HELLEAVEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang