Setelah sampai di parkiran rumah sakit Sora, mereka berdua langsung masuk kedalam mobil.
Ini pertama kalinya Alfa membawa mobil milik Sadev, tak peduli meski ia baru belajar satu kali, ia akan tetap membawanya. Tak ada yang sulit untuk Alfa.
"Lo masih sering kesini?"
Tanya Alfa saat mobil perlahan meninggalkan perkarangan rumah sakit.
"Ga ada yang bisa menenangkan gue selain Sora"
"Tapi kan..."
"Gue tau, Sora emang belum bisa ngomong kaya dulu. Tapi ngeliat dia baik-baik aja di dalam sana itu udah buat gue tenang banget."
Alfa kembali fokus pada jalanan, ia tidak tahu harus menjawab apa lagi. Sejak dinding kebencian itu membentang, banyak hal yang Alfa lewatkan tentang Sadev.
"Tapi kadang-kadang, Oiris juga bisa buat gue merasa lebih baik sih"
Seketika Alfa menegang, iris matanya melebar tatkala Sadev menyebut nama Osi. Sadev terkekeh.
"Gue tau lo suka sama Oiris, gue gak akan ngerebut dia dari lo ko. Tapi ya gue jujur aja, gue juga sayang sama dia..."
"Dev.."
"Sebagai adek. Tenang aja"
"Gapapa kalo lo juga suka sama Osi, kita bisa bersaing secara sehat, kan?"
"Gue gak mungkin ninggalin Sora, Fa.."
"Kenapa? lo tau sendiri Sunny gak suka hubungan lo sama Sora? Bahkan kemaren lo hampir mati karna cewek itu? Terus kenapa?"
"Gue gak keberatan kalo gue harus mati karna dia. Gue emang pantes untuk itu"
"Dev...."
"Fa, mampir ke Burger King dulu. Gue laper"
Alfa menghela napasnya, ia tahu Sadev tidak ingin membahas ini lebih jauh. Sebenernya Alfa masih bingung kenapa selama ini Sadev selalu merasa harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Sora. Seolah-olah dia lah yang menyebabkan gadis itu lumpuh dan sakit jiwa.
Terlebih ucapan Sunny malam itu, dimana ia menuduh bahwa keluarga mereka lah yang menyebabkan semua kekacauan dalam keluargannya.
Alfa tahu, bahwa hubungan keluarga mereka berdua memang jadi berantakan setelah ayah tau bahwa orang tua Sunny telah melakukan penggelapan dana di perusahaan pusat.
Namun yang tidak Alfa mengerti, kenapa keluarga Sunny justru marah, saat mereka sendiri lah yang melakukan kesalahan dengan tindak korupsi.
Namun Alfa memilih untuk menelan kebingungannya itu sendiri, enggan bertanya lebih jauh dan malah membuat hubungangannya denga Sadev jadi canggung.
Mereka baru saja berdamai, ingat itu.
Setelah sampai di Burger King, Sadev langsung bergegas keluar, tak peduli pada luka luka di wajahnya yang mungkin akan membuat orang takut, tapi ia tetap memasuki tempat itu sambil tersenyum, seolah tubuhnya baik baik saja.
Alfa tertawa, ia baru ingat bahwa Sadev sangat menyukai Burger King dan Pizza.
****
"Osi lo kenapa sih diem aja, persis mayat hidup tau gak sih lo"
Alfa benar-benar tidak masuk hari ini, Osi pikir lelaki itu akan datang meskipun kesiangan, tapi nyatanya sampai jam pelajaran ke 4 Alfa tak kunjung menunjukan batang hidungnya.
Hal itu membuat Osi jadi tidak bersemangat, ia takut terjadi apa-apa pada lelaki itu, mengingat kemarin malam Alfa pergi meninggalkannya begitu saja, dengan wajah panik dan tergesa-gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEAVEN [COMPLETED]
Teen FictionOiris Salden Iswara selalu merasa hidupnya dipenuhi dengan kesialan, terlebih setelah ia mengetahui satu hal; ia bisa melihat dosa manusia hanya lewat sentuhan. Namun memutuskan pindah kerumah baru hanya menambah beban sialnya semakin besar, seperti...