Yang paling dirindukan

243 60 18
                                    

Malam ini juga Sadev dan Alfa harus segera keluar dari rumah mereka, rumah yang dimana tersimpan banyak sekali kenangan didalamnya. Dimulai dari yang paling menyengkan hingga yang paling menyedihkan.

Sayangnya mereka berdua sudah tidak punya hak untuk tetap berada di rumah itu, mengingat ayahnya telah melakukan korupsi yang begitu merugikan, hingga semua aset miliknya harus disita perusahaan, termasuk rumah itu, serta semua mobil pribadinya.

Alfa dan Sadev menulusuri malam yang dingin sambil berjalan kaki, di punggung mereka tersampir tas yang lumayan besar berisi pakaian dan barang-barang lainnya. Juga 2 buah tas jinjing yang lumayan besar berisikan sesuatu yang masih dapat mereka bawa dari sisa-sisa rumah itu.

Mereka tidak tahu akan pergi kemana, mereka hanya terus berjalan tanpa tujuan. Selain itu mereka benar-benar tidak punya siapapun. Keluarga ini hanya menyisakan Alfa dan Sadev, itu saja.

"Dev..."

"Hm?" Sadev masih terus melangkah di depan, Sedangkan Alfa hanya mengekor di belakangnya.

"Kita mau kemana?"

"Gue juga gatau..." Sadev meneguk ludahnya. Berat sekali, Ini benar-benar berat untuk mereka berdua, bahkan Sadev tak kuasa menatap pada Alfa yang sejak tadi mengikuti langkah kakinya, hatinya teriris tiap kali melihat raut wajah adiknya yang murung. "Tapi kita coba cari penginapan aja dulu untuk malem ini, untuk selanjutnya nanti kita pikirin.."

"Lo ada uang?"

"Tabungan ada sih, tapi gak banyak.."

"Nanti gue mau cari kerja part time ya, yang bisa di kerjain sepulang sekolah, biar---"

"Jangan macem-macem!" Sadev mendadak berhenti, membuat Alfa yang sejak tadi di belakangnya sedikit terkejut "lo fokus sekolah aja, gausah mikirin kerjaan. Itu biar urusan gue"

"Urusan lo gimana? Sekarang kita itu cuma tinggal berdua, emang kenapa kalo kita kerja sama buat cari uang."

"Gue ini abang lo. Lo gausah khawatir, lo hanya perlu belajar aja"

"Terus lo? Dapet uang dari mana?"

"Gue..."

"Apa? Biar lo aja yang kerja gitu? Kenapa lo boleh kerja tapi gue enggak? Lo kan juga harus fokus sekolah, kenapa-----"

"Itu kita bicarain nanti aja bisa gak?" Sadev tiba-tiba memotong, mengingat mereka sedang berada di pinggir jalan sekarang.

"Maaf...."

"Gapapa" Sadev tersenyum "malem ini dingin banget, cepet-cepet cari taksi yuk, nanti kita nginep di hotel yang murah aja. Takutnya keburu ujan"

"Dev.. boleh gak.."

"Boleh gak?"

"Boleh gak gue kerumah Osi dulu..."

"Alfa.. lo inget terakhir kali kita mau nemuin dia, Alden bilang apa?"

"Gue cuma mau liat rumahnya aja ko, sebentar aja....."

Sadev menghela napas pelan, lantas mengangguk.

****

Osi termenung menatap langit malam lewat jendela kamarnya, baru saja tadi siang ia diizinkan untuk pulang.

Sudah 3 hari terakhir ini ia tidak mendengar kabar tentang Alfa dan Sadev sama sekali. Memang ia berjanji untuk melupakan apapun yang berhubungan dengan mereka, namun Alden benar-benar tidak mengizinkan dirinya untuk tau bagaimana keadaan mereka sedikit pun.

Osi sedih sekali, setidaknya ia ingin mengucapkan selamat tinggal untuk mereka berdua sebelum ia benar-benar pergi dari Jakarta.

Entah Alden akan membawanya kemana, yang jelas tidak di Bandung ataupun Jakarta. Kedua tempat itu benar-benar menyisakan banyak luka untuk Osi dan Alden.

HELLEAVEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang