Waktu Berlalu

263 90 18
                                    

- 3 Bulan Kemudian -

Waktu berlalu sangat cepat, tidak terasa ini adalah bulan ke 3 Osi bergabung bersama kelas IPA 3.

Segalanya sudah lebih baik di banding saat itu. Meskipun belum sembuh sepenuhnya, tapi setidaknya Alfa sudah kembali seperti dulu; menjadi ketua kelas yang galak dan keras kepala.

Pernah beberapa kali Osi bertengkar dengan Alfa hanya karna perbedaan pendapat, namun pada akhirnya hal itu malah membuat hubungan mereka semakin dekat.

Osi bersyukur, karna Alfa tidak membiarkan perasaan sedih dan kecewa itu menguasai dirinya, meskipun Osi jelas tahu bahwa hubungan lelaki itu dengan Sadev belum menemukan titik terang, keduanya masih sibuk mempertahankan ego masing-masing, namun setidaknya mereka sudah tidak pernah berkelahi atau ribut seperti saat itu.

Ah iya tentang Sadev.

Sejak hari dimana Osi lebih memilih mengejar Alfa, Sadev tidak pernah lagi datang menemuinya. Jangan kan untuk datang, bahkan saat mereka tidak sengaja berpapasan di sekolah Sadev justru menghindar.

Dan jujur saya, hal itu benar-benar mengganggu Osi, ia jadi merasa tidak enak, apakah dia melakukan kesalahan? Padahal saat itu Osi lebih memilih mengejar Alfa, karna Osi merasa bahwa Alfa lah yang paling membutuhkannya. Sayangnya Osi tidak mengerti, bahwa saat itu Sadev juga tidak ingin di tinggalkan.

Osi ingin sekali bicara pada Sadev, bertanya bagaimana keadaanya, atau paling tidak ingin melihat senyum kotaknya miliknya.

Semoga saja kali ini Sadev ada di rumah, karna rencananya Alfa dan Osi akan mengerjakan tugas bersama di rumah lelaki itu, Osi sangat berharap bahwa kali ini ia bisa bertemu dengan Sadev.

"Fa nanti sebelum kerumah lo, beli bobba dulu yuk?" Ajak Osi saat mereka tengah merapihkan buku pelajaran, karna jam pelajaran telah usai.

"Gak mau bobba ah, thaitea aja."

"Ah bobba aja sih enakan bobba"

"Yaudah beli sendiri"

"Anterin fa, ih jauh"

"Manja"

"Gapapa kan manjanya sama jodoh ku"

"Amit-amit!"

"Ko gitu si Fa, bukannya waktu itu lo udah setuju kalo kita bakal jadi pasangan sehidup semati?"

"Hih, kapan gue bilang? Halu lo!"

"Kapan ya bentar gua inget-inget" Osi meletakan tangannya di dagu, lalu matanya menatap ke langit-langit seperti tengah berpikir. "Ah iya gak pernah sih, yaudah coba ngomong sekarang dong, gue pasti terima ko"

"Apaan si ogah!"

"Dih gitu banget, yaudah gue jadian nih ya sama Bejo" memang beberapa minggu terakhir ini, Bejo teman sekelas mereka yang bermulut toa itu sedang gencar-gencarnya PDKT-in Osi, namun gadis itu sama sekali tidak berminat, meskipun sejujurnya cara Bejo mendekati Osi sangat lah lucu.

"Yaudah sono, jadian aja!"

"Ihh beneran loh" Osi pura-pura cemberut, lalu matanya seakan akan melirik Bejo "Bejoo....." panggi Osi pelan, seolah meledek Alfa.

Alfa masih tidak bergeming, masih sibuk merapihkan mejanya.

"Bejooo" Kali ini suara Osi cukup keras, sampai Bejo mendengar nya dengan jelas.

"Apa Osi sayang?" Jawab Bejo lembut di buat-buat, membuat yang mendengar itu merasa jijik sekali. Terutama teman sebangkunya.

Osi malah tersenyum sambil sesekali melirik Alfa yang seperti ya mulai kehilangan fokus.

HELLEAVEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang