Hujan sudah reda sejak satu jam yang lalu, sehabis menikmati indomie rebus+++ buatan Bi Nani yang rasanya gak kalah enak dari indomie warkop, tapi pedesnya naudzubillah ngalah-ngalahin mulut ibu kos yang nagih bayaran diakhir bulan, Osi, Alden bahkan Papahnya pun lanjut rebahan di ruang keluarga. Entah karna tiduran setelah makan itu memang nikmat, atau karna memang cuacanya begitu mendukung untuk bermalas-malasan, sampai mereka terlalu larut dalam ponsel masing-masing dan tidak menyadari kalau hujan telah berhenti.
Osi bangkit dari sofa lantas berdiri, berlari kecil kearah jendela untuk memastikan bahwa hujan benar-benar sudah reda dan ia malah tersenyum karna menemukan pemandangan yang lain,
Pelangi.
Senyumnya semakin sumringah ketika beberapa ide cemerlang tercetus di kepalanya
"PAH, AKU MAU JALAN-JALAN YA!!" Teriak Osi saat sudah berada di luar, buru-buru tanganya mengambil kain lap untuk mengeringkam jok sepeda yang sudah kenyang mandi air hujan.
"MAU KEMANA? BENTAR LAGI MAGHRIB NANTI DI CULIK WEWE GOMBEL KAMU!"
Osi hanya cekikian mendengar jawaban ayahnya yang ikutan berteriak dari dalam, tak ada jawaban dari Osi, melainkan celetukan Alden yang masih fokus pada profil instagram Anya Geraldin.
"Wewe gombel juga mikir-mikir kali mau nyulik dia pah"
"Makanya itu, kasian wewe gombelnya, nanti stress kalo nyulik dia." Reflek Alden tertawa sambil mengangguk setuju dengan ucapan papahnya
"Aku denger loh kalian ngomong apa, biarin aja. Biasanya habis hujan gini kan suka ada yang neduh!" Osi melongok ke dalam, dan puas mendapati wajah Papah dan Alden yang memucat
"Apaan yang neduh?"
"Gatau.. biasanya sih mba-mba gitu, rambutnya panjang, bajunya putih kotor kena tanah kuburan... Itu tuh kaya di belakang Alden!!"
"WHUAAAA!!"
Alden langsung bangkit menerjang papahnya untuk meminta perlindungan, tanganya mencengkram kaus polo pria itu dengan kuat. Sementara Osi berlalu pergi sambil tertawa puas, ia tahu betul kalau Alden itu sangat penakut, bahkan Mail tetangganya sewaktu di Bandung yang masih TK saja jauh lebih berani dibanding Alden.
"HAHAHA BYE!!!"
***
Osi selalu suka aroma tanah setelah hujan, menyenangkan.. semacam wangi kasturi katanya. setelah memarkirkan sepedannya di taman komplek perumahaan, Osi duduk menghirup dalam-dalam aroma itu sambil menatap pelangi yang masih terukir indah di langit.
Ia suka pelangi. Menurutnya pelangi itu indah dan memiliki banyak sekali warna, sama seperti kehidupan, tapi sayangnya dalam pelangi tidak ada warna hitam, padahal kisah hitam dalam setiap kehidupan itu sangat banyak jumlahnya. lebih menariknya lagi warna-warna itu memiliki makna sendiri untuknya, namun yang paling ia sukai adalah warna Ungu, entah kenapa?
Dulu bundanya pernah bilang, jika pelangi datang, itu artinya ada bidadari yang sedang turun ke bumi untuk numpang mandi, haha konyol. Saat itu Osi masih kecil, jadi ia percaya saja dengan yang bundanya katakan, meskipun sekarang ia jelas tahu bahwa pelangi terjadi karna adanya pembiasan cahaya oleh tetesan air yang ada di atmosfer, tapi ia memilih untuk tetap berpikir bahwa saat ini pasti sedang ada bidadari yang numpang mandi, entah di rumah siapa, semoga saja bukan di rumahnya, karna nanti mata Alden jelalatan.
Osi jadi penasaran, kira-kira bidadari tau gak ya, jalan menuju rumah ayah dan bundanya yang baru? Kalau tau, Osi mau minta tunjukin, soalnya ia kangeeeeeeen banget dengan ayah dan bunda.
Setelah puas menatapi pelangi yang hampir pudar, Osi kembali mengendarai sepedanya sebentar lagi matahari juga ingin pamitan, jadi sebelum sinarnya benar-benar hilang berganti malam, buru-buru ia menggowes pedalnya dengan kecepatan diatas rata-rata, apalagi saat ia mengingat omongan papahnya tentang wewe gombel, sebenarnya ia tidak takut, hanya saja terlalu ribet rasanya kalau harus berurusan dengan hantu.
Jadilah saat di persimpangan ia menubruk seseorang karna terlalu ngebut dan kurang hati-hati, dan sialnya orang itu juga tidak hati-hati saat mengendarai papan beroda empat yang biasa disebut Skateboard.
Mereka berdua tersungkur dengan posisi yang sangat tidak estetik, terlebih Osi posisinya sangat mengenaskan dengan sepeda Pink milik Alden yang menimpa badannya.
"Wadaw, gila sakit banget! Tolongin kek angkatin sepeda gue" Cowok itu langsung bergegas mengangkat sepeda yang meniban Osi, dan meletakannya di pipih jalan
"Sori.. Sori.. Lo gapapa?"
"Gapapa matamu! Lo ga liat betapa mengenaskannya gue??"
"Upss iya deh beneran sori. Tapi, itu Cuma luka di dengkul sama sikut doang kok.."
"CUMA-CUMA NDAS MU!! Gila ini tuh sakit banget astaga naga!" Reflek cowok itu berjongkok di hadapan Osi yang masih terduduk dengan wajah sok menyedihkan
"Mau ngapain lo?"
"Katanya sakit.."
"Ya terus lo mau apa?"
"Ya sini liat, nanti babang Sadev obatin.."
"Idih, najong ga ada-ga ada! Awas lo berani-berani nyentuh gue!"
"Buset, cantik-cantik galak amat!"
"Makasih loh!"
"Buat?"
"Pujiannya"
"Anjir... sempet-sempetnya lo narsis! Nih gue bawa air, cuci dulu sini lukanya nanti infeksi.."
"Taro situ botol nya"
"Hah?"
"Taro situ botolnya nanti gue ambil!"
"Astaga... segitu jijiknya lo nyentuh gue? Parah sih sakit hati gue, baru kali ini loh ada orang yang perlakuin gue kayak orang kudisan"
"Bagus dong, berati gue special. Udah buru taro botolnya"
Sambil cemberut Sadev meletakan botolnya di dekat Osi, ia memperhatikan cewek itu yang membasuh lukanya dengan hati-hati, sambil sesekali meringis.
"Sori, gue gak bermaksud menganggap lo kudisan. Meskipun gatau sih ya aslinya lo beneran kudisan atau engga"
"Emang sialan lo ya.."
"Gak serius, tapi emang gue gak bisa menyentuh orang. Siapa pun itu, even itu keluarga gue sendiri"
"Kenapa? Lo alergri cowok ganteng?"
"Gue bilang semua orang, cewek ataupun cowok. Lagian PD banget, emangnya lo ganteng?"
"Loh... kita duduk dengan jarak sedekat ini lo masih gak bisa lihat kegantengan gue? Fix sih mata lo katarak pasti!"
"Jangan sampe ni botol melayang?"
"Iya... iya sori. Anjrit galak beneran dah lo"
"Melayang ketempat sampah maksudnya" Osi melempar botol itu tepat ketempat sampah di belakan Sadev. "Gue serius soal omongan gue, gue gak bisa bersentuhan sama orang. Jadi maaf aja semisal lo mau minta kenalan sama gue pake ala-ala jabat tangan, gue gak bisa nurutin."
"Sumpah demi, lo narsis banget! Tapi gapapa, gue suka kepercayaan diri lo, cocok lo ikut ajang Take Me Out"
"Sialan, gue jomblo tapi ga ngenes banget ya! Udah ah gue mau pulang, keburu wewe gombel nuyulik gue."
"Iya bener-bener lo harus balik sekarang, kasian nanti dedemit kalah serem ama lo"
"Seinget gue, tadi lo bilang gue cantik. Tapi ya masa bodo. BYE SADEVI!!!" Osi langsung bergegas menggowes sepedanya, sebelum Sadev berteriak...
"WOI ANJRIT!! NAMA GUE SADEV GAK PAKE I!!!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEAVEN [COMPLETED]
Genç KurguOiris Salden Iswara selalu merasa hidupnya dipenuhi dengan kesialan, terlebih setelah ia mengetahui satu hal; ia bisa melihat dosa manusia hanya lewat sentuhan. Namun memutuskan pindah kerumah baru hanya menambah beban sialnya semakin besar, seperti...