Pelukan Itu....

321 94 16
                                    

Sadev merenung, menatap pantulan dirinya dalam cermin. Tangan kanannya masih sibuk mengompres pelipisnya yang memar, juga sudut bibirnya yang terluka.

Jika di lihat-lihat luka miliknya tidak separah milik Alfa ataupun Sunny yang sudah habis-habisan dia hajar hari ini. Namun ia tetap saja meringis saat kain kompresan menyentuh luka-luka itu.

Sejenak Sadev berpikir, apa yang sudah ia lakukan hari ini benar-benar sudah di lewat batas.

Tapi ia tidak merasa berasalah sama sekali, ia merasa kalau ia memang pantas melakukan itu semua.

Hanya saja ia lelah dengan semua ini. Entah bagaimana awalnya semua jadi berantakan begini, ia kehilangan banyak hal berharga dalam hidupnya, termasuk dirinya sendiri.

Ia bahkan tidak bisa mengenali diri nya sendiri saat berada di rumah, seolah dirinya sudah di kuasi oleh monster kebencian, hingga rasanya ia ingin marah setiap waktu.

Lain lagi jika di sekolah, ia dengan baik memainkan perannya. Belagak menjadi orang paling ceria yang menyebalkan tapi di senangi banyak orang.

Sadev lelah memakai topeng itu setiap hari, oh bahkan dia tidak mengenali mana wajah aslinya. Sadev yang pemarah kah? Atau yang suka tebar pesona? Ia tidak tahu.

Ia membayangkan, andai saja saat itu ia tetap memilih untuk tidak tahu, pasti semuanya akan baik-baik saja. Ia tidak perlu merasa seperti ini, ia tidak perlu terlihat menyedihkan seperti saat ini.

Saat Sadev tengah terlalrut bersama pikirannya, suara ketukan pintu yang kasar membuatnya tersadar.

"Bang... tolong buka pintu nya bang!"

Itu suara Alfa, si bodoh yang tidak pernah mengerti bahwa Sadev sangat tidak menyukai saat bibrnya mengucapkan kata 'abang'.

Karna Sadev ingin membenci Alfa sebanyak-banyak nya, namun saat Alfa memanggilnya dengan sebutan itu, ia merasa sesuatu dalam hatinya sedikit menghangat, dan Sadev tidak mau terjadi.

Dalam hidupnya ia hanya ingin membenci Alfa saja.

Alfa terdengar tergesa-tegasa sekali diluar, namun Sadev tidak bergeming. Ia memilih bungkam sampai ketukan di pintu berubah menjadi gebrakan yang tak beraturan.

"Bang tolong buka pintunya! Gue mau pinjem mobil lo bang, plis! Bang tolong buka pintunya!"

"Bang gue mohon sekali ini aja gue pinjem mobil lo, bunda sakit bang!"

Sadev masih terduduk menatap dirinya di cermin. Sesekali dia menatap pada kunci mobil yang tergeletak di atas meja belajarnya. Wajahnya sangat datar, ia seperti terlihat tidak peduli.

"Bang gue mohon! Bunda kambuh bang! Sekali ini aja gue mohon bang!"

"Kak Sadev, saya mohon! Saya pinjam mobilnya, saya mau antar bunda saya kerumah sakit!"

Sudut bibir Sadev terangkat sebelah, ia tersenyum kecut mendengar Alfa yang merubah ucapanya formal, berharap ia akan berbaik hati membuka pintunya, dan meminjamkan mobil.

Namun sayang sekali, hal seperti itu tidak akan pernah mungkin terjadi.

Sadev kembali melanjutkan aktifitas mengompres nya, seolah suara ribut di luar tidak mengganggunya sama sekali.

Setelah beberapa menit, suara itu seolah lenyap di telan bumi. Tidak ada lagi ketukan pintu yang brutal, tidak ada lagi suara permohonan Alfa yang terdengar memilukan.

Membuat Sadev diam-diam tersenyum.

*bajingan kau Sadev* kata author

HELLEAVEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang