■T U J U H■

2.5K 135 36
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•



Bakinza menghitung ulang kembali permen yupi yang berada di toples mini, seingatnya kemarin ia baru membeli baru dan hanya memakan 5 saja. Jumlah isinya ada 50 dan sekarang tinggal 35, hilang 10 permen yupinya.

Ia membuka tepak alat tulisnya takut ada di situ, kebiasaan dirinya suka menaruhnya tapi tidak ada. Ia menggaruk rambut yang tertutupi kerudung instan, mencoba mengingat.

"Bener kok, aku baru makan lima doang. Terus kok ilang sepuluh, sih?" Gerutunya sembari mencari di dalam tas.

"Masa iya dimakan makhluk tak kasat mata," pikirnya, "atau jangan-jangan dimakan sama makhluk itu ..." cepat Bakinza menghampiri kamar Fatih.

"Spada ..." teriaknya saat sudah di depan kamar Fatih.

2 menit Bakinza menunggu pintu terbuka namun tidak kunjung jua. Bakinza mendengus, "pasti lagi ngebo."

Saat akan berbalik, pintu terbuka, "apa?" Tanya Fatih. Bakinza berbalik dan mendapati penampilan Fatih, tuh kan abis ngebo.

Bakinza langsung nyelonong masuk dan memeriksa tempat sampah yang terdapat di sudut kamar, di situ terlihat jelas bungkus permen yupi. Bakinza mengambilnya dan menghampiri Fatih dengan wajah tertekuk.

Bakinza langsung memperlihatkan tepat di depan wajah Fatih, bukan bermaksud tidak sopan. Permen yupi adalah makanan kenyal manis kesukaannya sedari kecil, ia tidak rela jika ada yang memintanya bahkan ia akan membuat sebuah alasan. Dan ini hal yang berbeda, Fatih mengambilnya secara diam-diam. Bakinza merasa sangat kesal.

"Bungkus permen?" Sedetik kemudian ia ingat, mampus!
Fatih meneguk ludah, wajah Bakinza menekuk dengan bibir maju ke depan.

Bakinza menurunkan tangannya dan menghela napas, "gantiin!" Ucapnya tegas.

Fatih cengengesan, "iya-iya."

"Sekarang!"

"Tapi, Za. Kakak masih ngan..."

"Sekarang, titik!"

Duh ... gemesnya, Fatih beranjak untuk mencium dahi Bakinza berkali-kali, setelahnya ia langsung lari ke dalam kamar mandi. Jangan salahkan Fatih untuk tidak mencium Bakinza, salahkan betapa lucunya wajah Bakinza yang memerah dengan ekspresi kesal dan bibir maju ke depan. Fatih terkikik geli saat sudah menutup pintu.

Sedangkan Bakinza bertambah kesal, ia menghentak-hentakkan kaki. Seketika ia ingin menangis, ingin berteriak untuk menyeruakkan kekesalannya. Bakinza menatap pintu kamar mandi Fatih dengan tajam, ia menghampiri lalu menggedor-gedor.

"Kakak, ayo ihh," ucapnya. Namun Fatih tidak merespon.

"Kakak...," Bakinza merengek. Hingga ia merasakan tenggorokannya tercekat, lalu ia menangis. Bakinza bingung sendiri kenapa hari ini dirinya mudah baper.

"Hiks... Kakak," ucapnya sesenggukan. Fatih yang sedari tadi menikmati rengekan Bakinza seketika panik saat mendengar isakan adik kecilnya itu, ia spontan membuka tanpa sadar dirinya bertelanjang dada.

"AAAAA!" Bakinza berteriak saat melihat Fatih bertelanjang dada, ia segera berlari dan lagi-lagi air matanya keluar. Bakinza menutup pintu kamarnya dengan keras, ia menangis sambil memeluk toples mini berisikan permen yupi.

Sementara Fatih menepuk jidat keras, lalu terkekeh, "masih belum terbiasa rupanya."

"Tapi itu Kinza kenapa sih nangis gitu?" Fatih mengambil baju lalu memakainya, kemudian menghampiri Bakinza untuk mengajaknya keluar.

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang