TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪"Hubungan kita selama ini hanya jalan di tempat saja. Aku pernah memintamu untuk berjuang dan ya, kamu melakukannya. Kamu selalu memperlakukanku dengan baik bahkan manis. Sebagai wanita pastinya aku tersanjung akan sikapmu itu. Oleh karena itu ... aku tidak ingin kamu saja yang berjuang, aku pun ingin. Dan ... aku ingin memulai dari hal terkecil."
-Bakinza-
🍁
"Kamu yakin mau pergi sekarang? Gak besok-besok aja?" Faraat bertanya kembali. Ia ragu melihat keadaan wajah sang istri yang pucat.
"Yakin. Lagiankan besok kamu pasti sibuk dan gak ada waktu buat kabulin permintaan bibi Hafsah. Aku gak papa, kok. Ini cuman pusing sedikit aja. Kan tadi sudah minum obat, nanti juga hilang rasa pusingnya."
"Benar pusing sedikit aja? Kamu sampe oleng lho tadi sampe ngejatuhin piring. Besok saja, ya? Aku bisa, kok, pulang cepet. Kan CEO," Faraat bersikeras untuk menahan keinginan istrinya.
Bakinza mendengkus pelan, "jangan mulai sekenaknya. Ingat, atasan adalah panutan!" Memelaskan wajahnya. "Benar, deh, aku gak pusing banget! Aku kuat, kok. Kan hari ini juga aku mau bicara sama Asley. Ya Faraat, ya?"
Ah, ya. Faraat lupa. Diingatkan pada Asley keinginannya menggebu untuk segera bertandang ke rumah sang bibi, namun melihat kondisi wanitanya...
"Benar kamu kuat? Mending besok. Sekarang diganti jadi waktu santai untuk kita, supaya membangkitkan percikan cinta di hati kamu." Faraat menaik-turunkan kedua alisnya.
"Itu maunya kamu. Maunya aku kita ke sana, titik."
"Yaudah, iya. Apapun permintaan kamu akan aku kabulkan. Because your my beloved wife." ucap Faraat sembari mencubit gemas pipi Bakinza.
♡♡♡
"Ah, senangnya kamu ke sini, sayang. Bibi kangen sekali pada kamu. Kamu lucu dan menggemaskan. Jadi, Bibi cepat kangen," pekikan senang keluar dari mulut Hafsah. Ia menggandeng lengan Bakinza dan membawanya duduk di sofa.
"Jadi, Bibi cuman senang aja, nih, sama Bakinza? Aku nggak?" Faraat berpura-pura sedih saat duduk di samping sang istri.
"Udah kenyang lihat wajahmu, Le. Kamu ini, kan, lanang. Jadi, ora bisa Bibi ajak tempur di dapur."
Faraat dan Bakinza tergelak mendengar Hafsah menyelipkan kalimat berbahasa jawa, lucu saja mendengarnya.
"Bibi, kok, bisa ucapin kalimat Jawa?" tanya Faraat keheranan.
"Bibi kamu itu suka cekikikan ketika main sosmed Facebook. Dia ngerti sedikit bahasa Jawa karena berteman maya dengan orang Jawa aslinya," kehadiran Ali membuat ketiganya serempak menoleh. Pria setengah abad itu mendudukan diri di sofa single dengan menumpu kaki kanan di atas kaki kiri.
"Jadi jangan heran kalau Bibi kamu ini nanti bicaranya medok kayak Jawa," lanjut Ali.
"Maa syaa Allah. Itu bagus, Paman. Semakin kita penasaran semakin kita menambah wawasan, saya sebagai warga Indonesia merasa senang jika ada warga negara asing yang tertarik tentang budaya atau bahasa-bahasanya," Bakinza sumringah setelahnya.
"Iya, memang Indonesia itu semacam paket komplit! Pokoknya paling beragam. Bibi sering tuh searching di Google tentang Indonesia, dan sungguh Bibi akui dari banyaknya budaya dan bahasa di Indonesia itu menjadi suatu keistimewaan bagi siapa saja yang tahu. Bibi saja bangga pada Indonesia, terbukti bukan warga Indonesianya saja yang bangga," Hafsah bersemangat sekali saat menceritakan kekagumannya pada negara Indonesia. Hal itu membuat Bakinza yang notabene penduduk asli Indonesia bangga sekaligus terharu mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
Любовные романыAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...