TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪
▪"Apapun yang ingin kau curahkan, katakanlah padaku. Aku ini suamimu."
"Apa aku harus mengatakan isi hatiku pada pelakunya yang sekarang berdiri dihadapanku?"
🍁🍁🍁
Pagi ini, pagi pertama di kota kelahiran Faraat, Bakinza menyiapkan sarapan. Ia memilih menu simple untuk pagi ini, nasi goreng dan telur ceplok. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin sore yang membuatnya kesal sekaligus berdebar, hingga saat mengiris bawang putih, jarinya teriris pisau. Hanya goresan kecil.
Faraat yang sedari tadi memperhatikan tanpa sepengetahuan Bakinza, melangkah cepat dan segera meraih jari tangan Bakinza. Tatapannya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.
"Biar aku obati," Faraat menatap lembut Bakinza.
"Tidak usah. Ini hanya luka kecil." Bakinza menarik tangannya.
"Mau kubantu?"
Lagi Bakinza menggeleng, "kamu cukup duduk manis saja di sana." Bakinza menunjuk meja makan yang masih kosong.
Faraat mengangguk, "tapi tangan kamu gak sakit, kan?"
Bakinza menghela napas, "enggak," setelahnya ia berbalik melanjutkan kegiatan memasaknya.
Faraat duduk kembali memperhatikan punggung sang istri yang dilihat dari belakang saja sudah menarik. Istriku itu, Faraat tertawa tanpa suara.
Sampai akhirnya Faraat mencium aroma nikmat dan rasanya tak sabar untuk memakan masakan sang istri tercinta.
"Silahkan dinikmati."
Faraat memejamkan mata. Meresapi cita rasa masakan Bakinza, ia menatap Bakinza bahagia, "enakkkk bangettt. Duh ... pintar masak ya, istriku."
Bakinza hanya tersenyum tipis melihat Faraat yang makannya lahap sekali. Bakinza menghabiskan air putihnya, ia baru sadar bahwa Faraat memakai kaos Polo dan celana di atas lutut.
"Kamu gak kerja?"
Faraat mengusap bibirnya menggunakan tissue, "ini hari terakhir aku cuti," Faraat berdehem, "ehm, Za?"
"Iya?"
"Hari ini aku berniat untuk memperkenalkanmu ke keluarga mendiang ayahku. Kamu mau?"
"Pagi ini?" tanya Bakinza kaget.
"Enggak pagi. Sorean saja. Bagaimana kamu mau?"
Sebenarnya Bakinza mau-mau saja memenuhi keinginan Faraat. Namun ada satu hal yang membuatnya ragu, ah... bukan ragu. Tapi bisa dikatakan ia malu. Bagaimana nanti dia bersikap? Bakinza takut ia akan mempermalukan Faraat nantinya.
"Kamu takut? Jangan takut, keluargaku di sini gak ngegigit, kok."
Bakinza mencibir, "apa, sih, Faraat. Sok tahu, deh."
"Terlihat jelas di wajah cantik kamu."
Faraat mengucapnya biasa namun entah mengapa Bakinza jadi merona. Bakinza berdehem, "aku mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
RomanceAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...