TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪Sesuai keinginan pembaca yang budiman, eaa 😆 aku up nya cepet. Horayyy 👏
Siapa yang deg-degan nunggu part ini? Part ini bakal menjawab semuanya. Yang ngira dulu Faraat gay, biseksual or lainnya bakal tahu di part ini.
Apakah benar? Jeng jeng jeng 😂
Siapkan hati dulu ya sebelum membacanya. Baca dengan pelan-pelan supaya paham 😉
Happy reading and luv u all 💙
🌺🌺🌺
Sudah tepat 30 menit Bakinza dengan sabar menunggu Faraat berbicara, sampai suara tarikan nafas membuatnya terkesiap.
Faraat mulai menjelaskan semua yang akan menjadi jawaban dari pertanyaannya.
"Kamu ingat, aku pernah bercerita bahwa ketika remaja aku bersekolah asrama di Inggris sama seperti Ashley. Aku sendiri yang meminta karena aku begitu merasa sendiri setelah perginya orang tuaku. Aku pikir dengan banyaknya teman di asrama akan membuatku merasa tidak sendiri lagi, karena mereka semua pria yang pastinya aku akan nyaman bersama mereka."
Bakinza mendengar cerita Faraat dengan seksama.
Faraat tiba-tiba saja mengambil tangan Bakinza seolah mencari kekuatan. "Selama 6 tahun aku merasa sangat nyaman di sana. Yah walaupun pergaulan di sana bebas, tapi mereka menghormatiku yang seorang Muslim dengan menjaga sikap jika sedang bersamaku. Aku bahkan masih bertahan saat tahu ada yang melakukan penyimpangan. Sampai di mana ada seseorang yang begitu baik padaku, dia selalu memberiku nasehat yang berarti, bahkan memberitahu jika sudah waktu masuk salat."
Bakinza merasakan remasan Faraat di tangannya semakin menguat. Sakit memang, tapi lebih sakit Faraat yang baru menceritakan masa lalu terburuk dalam hidupnya.
"Tapi semakin lama aku mulai merasakan kejanggalan. Dia selalu ingin tidur satu ranjang denganku, dan bodohnya aku membiarkannya. Sampai suatu malam ...," Bakinza mengecupi berulang kali pipi Faraat ketika melihat Faraat mulai tidak tenang.
"Sampai suatu malam aku terbangun dan melihat dia ... menyentuhnya. Aku marah dan memukulnya. Tapi dia abai pada pukulanku dan terus berusaha ingin menyentuhku. Saat itu aku berusaha tenang dan berbicara padanya. Dan yah ... dia menceritakan semuanya mengapa dia menyimpang. Aku merasa kasihan dan dia pun meminta maaf dan memintaku untuk tidak menjauhinya, dan dengan bodohnya aku. Lagi. Aku menurutinya."
Sebenarnya Bakinza sudah tidak kuat untuk mendengarkan lagi. Tapi ini semua demi kesejahteraan untuknya dan Faraat.
"Sampai aku dijebak. Aku diberi obat, dan ... kamu tahu kelanjutannya seperti apa. Setelah sadar dari pengaruh obat itu, aku merasa sangat hina dan berdosa. Saat itu imanku sangat tipis, aku berpikir untuk apa aku taat jika aku sudah sangat hina. Aku pun akhirnya membiarkan dia melakukannya lagi, tapi dengan aku meminta aku melakukannya dipengaruhi oleh obat itu. Karena jujur jauh di dalam lubuk hatiku, aku jijik dan tidak mau. Tapi, yah ... begitulah. Aku begitu lemah dan menjijikan."
Faraat tersenyum getir saat dilihatnya Bakinza menunduk dengan bahu bergetar. Dalam pikirnya, istrinya itu tidak mau melihat wajahnya.
Bakinza mendongak menatap suaminya yang hanya tersenyum lemah padanya.
"Aku sudah menceritakannya padamu, Za. Sudah tidak ada yang aku rahasiakan. Sudah tidak ada yang aku sembunyikan."
"A-apa kamu akan pergi, Za?"
Bukannya menjawab pertanyaan Faraat, Bakinza balik bertanya.
"A-apa orang itu adalah mr. Razaaq yang menjadi rekan kerjaku, Mas?"
"Razaaq Bustaman. Apakah dia orangnya?" tanya Bakinza.
Faraat memejamkan mata. Teringat kembali dengan pria itu. Ia seakan tersadar, pasti Bakinza mengetahuinya dari pria itu. Razaaq Bustaman.
Dengan suara pelan Faraat menjawab, "ya, dia orangnya. Dia yang telah merubah aku menjadi monster. Dia orangnya."
Bakinza membekap mulutnya menahan isakan tangis yang memilukan. Berarti foto pipi Faraat yang dicium oleh mr. Razaaq itu fakta, bukan rekayasa.
Hancurlah hati Bakinza mengetahui semuanya.
Dengan uraian air mata, Bakinza menatap sungguh-sungguh pada Faraat. "Mas, jawab dengan jujur pertanyaanku!"
"Apakah sampai sekarang Mas masih berhubungan dengannya?"
Faraat dengan cepat menggeleng. "Semenjak aku berkuliah, aku sudah tidak berhubugan lagi dengan dia. Sungguh! Ada seseorang yang menyadarkanku dan membantuku untuk kembali ke jalan yang benar." Faraat tersenyum penuh haru. "Orang itu kakakmu, Za. Sahabatku, Fatih."
Bakinza membulatkan kedua matanya. "Kak Fatih tahu?!"
"Ya. Fatih tahu semuanya. Fatih seperti pahlawan yang dikirim Allah untukku untuk bangkit dari lubang kehinaan dan kemaksiatan. Aku sangat bersyukur dipertemukan oleh kakakmu, Za."
Bakinza mengerjap, "a-apa dulu Mas menyukai kakakku?"
Faraat membuka mulutnya, tidak percaya pertanyaan seperti itu keluar dari mulut istrinya. "Za, walau aku melakukan hubungan seperti itu, tapi aku tidak sampai menyukai sesama jenis. Saat itu aku hanya putus asa dan merasa hina, Za. Tidak pantas berhadapan dengan Allah. Percaya Za, kamulah cinta pertamaku."
Bakinza menundukkan pandangannya, "maaf, Mas."
"Tidak apa-apa. Wajar saja kamu menanyakan hal seperti tadi." Faraat menarik napas, meraup oksigen sebanyak-banyaknya. "Jadi, Za. Setelah kamu mengetahui semuanya, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan menggugat cerai aku?"
Bakinza memukul pelan lengan Faraat. "Mas! Kamu bilang apa, sih?! Kamu gak ngerti ya aku ngomong panjang lebar tadi? Masa lalu pasti ada Mas. Masa lalu kamu itu gak akan bisa terlupakan dan dihilangkan." Bakinza memeluk Faraat dengan sangat erat. "Aku cinta Mas. Aku sayang Mas. Cinta. Cinta. Cinta kamu!"
Faraat dengan ragu membalas pelukan Bakinza. Deraian air mata sudah jatuh berlinangan. Dalam hati Faraat bersyukur pada Allah karena menghadirkan wanita seperti Bakinza ke dalam hidupnya.
Faraat terisak. "Aku juga sangat mencintai kamu, istriku."
---B E R S A M B U N G---
Part yang ini aku jadiin dua bagian aja deh, hehe. Masih ada kelanjutannya. Dan itu ada hubungannya dengan mas Yahya.
Cung siapa yang sangat menantikan mas Yahya hadir ☝
In Syaa Allah aku usahakan secepatnya 😉

KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
RomanceAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...